GENG VICTORY
Hari kedua masuk sekolah….
“Kak…aku berangkat dulu ya.” Ujarku
sambil berdiri. “Sekalian aja ama Kakak.” Kata Kakak “Nggak usah. Nanti
kenapa-kenapa lagi ‘kan Kakak berbahaya!” ucapku menggoda Kakak “Ibu, Ayah aku
berangkat dulu yah?” sambung ku sambil berjalan menuju pintu “UHK…UHK YA!!
Kristal maksudmu apa ?! Jangan kabur kembali kesini, SEKARANG!!! KRISTAL !!!”
ujar Kakakku marah-marah karena baru menyadari ucapan ku tadi tapi aku langsung
keluar dengan cepat disertai senyum puas mengerjai Kakak ku.
“Hahahaha… dasar
Kakak telmi”ucap ku senang tapi aku segera berjalan dengan cepat karena sudah
hamper jam 07.00, waktu itu kebetulan Rizal lewat “Sekalian! Kita berangkat
bareng aja!” ucap Rizal menawari tumpangan. Beberapa saat kemudian lewatlah
Vicky dengan motornya melaju dengan kencang tapi dia melihat dengan pandangan
dingin, tidak seperti kemarin dia menatapku dengan hangat bahkan bersedia
memeluk dan melindungi ku “Tunggu dulu
apa yang kupikirkan!” pikirku “Kris, kamu jadi ikut nggak?” Tanya Rizal membuyarkan
pikiranku “Iya…iya, sabar aku ikut kok” jawab ku lalu naik ke motornya.
Kami sampai disekolah bel masuk
berbunyi aku buru-buru masuk kelas, karena lari aku menabrak seseorang hingga
terjatuh tertidur “Oh…maaf! Maaf! Maaf !”ucap ku meminta maaf setelah berdiri
lalu ku lihat siapa yang ku tabrak ternyata itu adalah Yogi, cowo yang kemarin
membuat Intan di kerjai oleh Angel.
Tanpa berkata
apapun dia pergi meninggalkan aku, kupikir dia marah saat aku akan mengejarnya
tanganku sudah ditarik oleh Rizal lebih dahulu “Kau baik-baik saja, Kris?!”
tanyanya khawatir “Aku baik-baik saja. cuma sedikit lecet” jawabku agar tidak
membuat Rizal khawatir. Kami pun pergi ke UKS untuk mengobati luka lecet ku
yang sebenarnya tidak terlalu besar juga sih, paling cuma 1 cm lebarnya.
Rizal berkata “Aku ke kelas dulu,
biar kamu diobati lalu istirahat ya? Nanti aku pinjami buku pelajaran ini deh
tapi kamu harus istirahat disini!” ucap Rizal dengan tegas. Memang tidak heran
karena aku dari tadi berusaha membujuk Rizal untuk tetap kembali ke kelas meski
kaki ku terluka karena tersandung saat menabrak Yogi. Aku tertidur di UKS.
“Dimana aku? Kenapa banyak darah?
Apa ada orang? Tolong! Tolong !” teriak ku disebuah ruangan gelap dan dibawah
kaki ku terdapat banyak sekali darah, samar-samar aku melihat 2 orang pria yang
selalu ku mimpikan. Mereka berdua mengulurkan tangannya pada ku “Kemarilah!”
ucap kedua laki-laki itu secara bersamaan lalu mereka menghilang dan aku
terbangun dari tidurku.
Saat terbangun aku mendapati
setangkai mawar merah berada ditangan ku lalu aku tersenyum tapi sedetik
kemudian senyum ku sirna karena mawar itu berubah menjadi mawar hitam. Secara
otomatis aku langsung membuat mawar itu tapi langsung muncul seorang perempuan
dia berkata “Jadilah Penyihir atau Mati”. Aku belum sadar dengan apa yang
terjadi seorang laki-laki menarik dan membawa ku keluar dari ruangan itu
ternyata laki-laki itu adalah Yogi dengan cepat kami sudah berada ditempat lain
seperti berteleportasi “Kita kehabisan waktu, suruhan Penyihir ‘G’ sudah
mengetahui keberadaan Kristal! Mereka pasti tidak akan tinggal diam.” Ucap
Vicky dengan khawatir “Pertama, kita harus menceritakan semuanya pada Kristal
dulu” suara itu, aku berbalik dan melihat Kak Tanto “Kakak…Kak…Kak Tanto” ucap
ku terbata-bata karena terlalu syok, tiba-tiba pandangan ku menggelap dan aku
tidak ingat apapun.
Ketika itu berjalan menuju ke
ruangan di dalam itu ada 2 orang laki-laki, mereka memegang pistol di tangan
kanan dan tangan kiri memegang mawar. Mereka saling berhadapan mulai
mengarahkan pistol pada sasaran mereka, lantai saat itu juga berubah lantai
yang mengarah pada laki-laki yang berbaju jas hitam dipenuhi banyak darah
sedangkan laki-laki yang berbaju jas putih dipenuhi oleh banyak kelopak mawar
merah. Mereka berdua sama-sama tersenyum ke arah ku lalu berkata “Kemarilah!”
bersamaan, setelah mengatakan hal itu mereka berdua menarik pelatuk nya
“HENTIKAN!!!” teriak ku lalu aku tersadar.
“Siapa mereka?”
Tanya seseorang dari geng Victory yang tidak salah bernama Vero padaku “Siapa
maksudmu?” Tanya Kakak Tanto pada Vero “Kakak! kenapa bisa di sini? Kakak kenal
dengan mereka? KAKAK JAWAB!!” Tanya ku dengan marah dan bingung “Tenang…
tenang… Kris. Kakak bias jelasin.” Balas Kakak sambil mencoba menenangkan ku “kalau
begitu jawab, Kakak kenal dengan mereka? Sejak kapan?” Tanya ku dengan cepat
“Kakak kenal, kenal mereka dari lama dan 1 tahun lalu kami bertemu kembali
karena dirimu Kris. Karena kamu dalam bahaya dan Kakak tidak bisa melindungimu
seorang diri” ujar Kakak dengan pasrah “DARI SIAPA? MELINDUNGI KU DARI SIAPA?
HAH!!!” teriak ku frustasi “Dari penyihir ‘G’” jawab Kakak “Hahahaha…hahaha
Kakak jangan bercanda, Hari ini aku tidak ulang tahun dan jika ini lelucon maka
ini yang paling buruk yang Kakak buat!” ucap setelah tertawa yang tidak tulus
sama sekali bahkan itu bukan termasuk tertawa melainkan rasa frustasi ku “Kau
tidak percaya?” Tanya Kakak benar-benar pasrah “Tentu saja! Kakak kira aku anak
kecil yang percaya dengan hal seperti, Hah!!!” jawab ku kesal “Kalau begitu,
Maafkan Kakak!” ucap Kakak lalu mundur menghilang tergantikan sosok-sosok
anggota geng Victory.
“Aku duluan ya?” Tanya Vicky setelah itu
sedetik kemudian dia menghilang, aku kaget melihat apa yang dapat dilakukan
oleh Vicky lalu dia muncul kembali dengan tersenyum. “Yogi, kamu!” suruh Vicky
lalu Yogi yang berdiri disebalah kanan ranjangku berpindah ke sisi kiri ranjang
ku dalam sekejap mata, dilanjutkan dengan “Aku ya?” sahut Vero sambil tersenyum
kearah ku tapi aku sangat tidak suka dengan senyuman itu “Kau tidak suka,
karena aku tersenyum seperti ini” ucap Vero membuat ku tercengang dan mencoba
untuk mengulanginya…
“Kalian monster, Kakak ku gila!”
“Kalian monster, Kakak ku gila!”
Ucap ku
bersamaan dengan Vero “bagaimana bisa?”
Tanyaku dalam pikiran ku lagi-lagi dia menjawabnya “Tentu aku bisa!” dengan
senyuman yang sama. “Giliran nya aku ya? Kamu suka api tidak, cantik ?” Tanya
Bagas dengan cengengesan, tapi aku yang tidak berniat menjawabnya sama sekali
lalu dia mencoba menarik perhatian ku dengan cara melambaikan tangan lalu
setelah aku melihat kearahnya dia menjentikkan jarinya kemudian keluarlah api
yang menyala dari ujung dari yang di jentikkannya tadi bukannya takut, aku
hanya kaget lalu dia mengepalkan tangannya api itu menghilang.
Dan terakhir
adalah Retno dia sangat diam di banding yang lain tapi aku tidak tertipu karena
aku juga belum tau apa kekuatan nya, “Hmm…, Kristal boleh aku pinjem tangan mu
sebentar nggak?” Tanyanya dengan sopan bahkan bisa di bilang sangat sopan, karena
sudah terlalu jauh aku memilih untuk memberikan tanganku meski aku tidak tau
apa yang akan dilakukannya, Retno mengambil gelas yang berisi air di meja lalu
tersenyum padaku setelah itu dia menyiramkan air itu keatas kepala ku. Aku yang
melihat hal itu berusaha berlindung dengan tangan ku yang sedang dipegang Retno
tapi dia tetap tidak melepaskannya, setelah beberapa saat aku menyadari kenapa
air tidak kunjung membasahi ku ternyata tetesan air itu berhenti di udara lalu
Retno mengelap butiran itu dengan kain yang sudah di siapkannya.
“Kau lihat?
Mereka bukanlah Ilusi, mereka memang benar ada. Kau bahkan dapat menyentuh
mereka ‘kan?” Ucap Kakak yang ternyata tidak ikut berhenti begitu juga geng
Victory. Memang mereka nyata tapi aku tidak dapat mencerna apapun yang baru
saja ku saksikan “LEPASKAN!!” geramku melepaskan gengaman Retno dengan kasar
lalu aku turun dari ranjang berlari menuju kearah Kakak yang berada diluar
kamar, saat aku menghampirinya bulir-bulir bening telah menetes dari pelupuk
matanya. “Kakak, Kristal mimpi ‘kan? Kita pulang kerumah yuk! Ayah dan Ibu
pasti sedang menunggu kita.” Ucap ku disertai dengan tangisan tapi tidak
kunjung mendapat jawaban “KAKAK!!! AYO PULANG!!!” teriak ku histeris pada
Kakak, Kakak memegang kedua bahu ku dengan kuat lalu menatapku dan berkata
“ORANGTUA KITA SUDAH MENINGGAL!!! MEREKA SUDAH TIDAK ADA DI DUNIA INI LAGI!!!
KAU HARUS TERIMA ITU!!!” dengan tegas dan itu membuat ku sangat-sangat bingung,
tidak percaya semua nya terasa seperti kebohongan “Ini bukan kenyataan!!! Ini bukan kenyataan!!” ucapku dalam hati
berkali-kali, aku merasa kalau Kakak memeluk ku kemudian semua gelap.
AUTHOR POV…
Kristal tidak
menerima apa yang dikatakan oleh Kakaknya Tanto lalu tubuhnya merosot ke lantai
masih dalam posisi menutup kedua telinganya. Tapi tanpa sadar kekuatan Kristal
keluar hingga membuat semua orang yang ada dalam ruangan itu panik “Gawat!
Kekuatannya bangkit” ujar Tanto pada yang lain “Vero, hentikan pikirannya!”
suruh Tanto “Tidak bisa! Dia terlalu kuat” jawab Vero “Kalau begitu pakai Api
ku saja!” usul Bagas “Jangan! Itu akan melukainya” sahut Vicky “Giliran aku!”
ucap Tanto lalu memeluk Kristal setelah itu Kristal tidak sadarkan diri lalu
Tanto dengan cepat menggendong Kristal ke tempat tidurnya.
Suasana setelah
itu sangat-sangatlah kacau, bagaimana tidak kacau semua barang-barang terlempar
dari tempatnya, kaca seluruh rumah juga pecah. “Jadi hanya kau yang bisa
menghentikan dia?” Tanya Vicky “Iya, sepertinya begitu untuk saat ini!” jawab Tanto
dengan menghembuskan napas panjang “Tapi aku masih penasaran, siapa 2 orang
laki-laki dalam mimpinya?” ucap Vero yang sukses membuat mata semua orang
tertuju padanya. “Mimpi yang tadi kau bicarakan saat Kristal sadar?” Tanya
Tanto serius “Iya, tadinya aku berniat bertanya padanya tapi kelihatannya dia
sangat syok hingga kekuatannya tidak dapat di kendalikan lagi oleh gelang nya”
jawab Vero “Kurasa Vero benar, lihatlah! Rumah ini adalah ekspresi dari rasa
syok Kristal” sahut Bagas sambil memandang keseluruh ruangan yang kini
berantakan. “Aku takut karena kekuatannya dia akan berpihak pada Penyihir ‘G’
karena kita telah membohonginya selama ini.” ujar Tanto khawatir “Tenanglah!
Aku yakin Kristal akan mengerti cepat atau lambat.” Sahut Vero menenangkan Tanto.
Pagi Hari…
Kristal Pov
Aku terbangun
dari tidur ku, aku masih berada di kamar tempat geng Victory dan Kakak
menjelaskan kematian Orangtua ku “Ini pasti mimpi!” ucapku lalu segera menuruni
anak tangga menuju kamar mandi lalu mencuci muka ku tapi tidak ada yang berubah
“Tidak! Ini pasti mimpi!!!” geram ku sambil memukul-mukul kepala ku dengan
keras tapi seseorang menghentikan diriku “Berhenti! Kau hanya menyakiti dirimu
saja, ini tidak bisa mengubah kenyataan yang sebenarnya.” Ucap Retno dengan
nada menenangkan lalu dia membungkus tubuhku dengan handuk dan berkata
“Mandilah setelah itu berpakaian sekolah, semua menunggu mu di meja makan.”
Tambahnya tak lupa dengan tersenyum lalu menutup pintu kamar mandi. Setelah
selesai berpakaian aku baru membuka pintu kamar ternyata di depan pintu ada
Retno, dia menunggu ku lalu membawa ku ke ruang makan yang termasuk besar untuk
7 orang.
Semua orang
telah berkumpul : Kakak, Geng Victory,…. Tunggu perempuan itu siapa? Kenapa
matanya berwarna merah? Kenapa dia sangat dekat dengan Kakakku? Pikirku belum
bertanya Vero sudah menjawabnya duluan “Oh.., dia itu pacar Kakak mu. Namanya
Anggun”. Ternyata perempuan itu adalah pacar Kakak, tunggu apa dia manusia
Normal? “Dia punya kekuatan sama seperti kita tapi kekuatannya yang beda, dia
dapat melihat masa depan” lagi-lagi Vero membaca pikiran ku, itu membuat marah
karena seakan tidak ada privasi sama sekali di kepalaku. “Anggun Sayang…, bisa
kau tunjukkan kekuatan mu?” pinta Kakak manja pada perempuan yang bernama
Anggun itu, melihat Kakak seperti itu rasanya aku merinding ketakutan dari
ujung kaki hingga ujung kepala. Soalnya ini pertama kalinya aku melihat Kakak
bersikap manja, dan bilang sayang juga raut wajahnya dibuat sok imut gitu.
“Baiklah sayang,
Tapi ini bukan untuk kamu tapi untuk Adik Ipar ku yang sangat cantik ini!”
jawab Anggun lalu langsung menatap “Adik Ipar! Kemarikan tangan mu, sebentar
saja!” ucap Kak Anggun dengan lembut, aku hanya memberikan tangan ku karena aku
tidak berselera untuk menjawab apa lagi berbicara.
“TIDAKK! Adik
Ipar ?! Kau tidak akan benar-benar melakukan nya ‘kan?!” ujar Kak Anggun yang
bias dikatakan hampir termasuk teriak histeris yang membuat semua orang menatap
kami termasuk Kakak “Apa yang terjadi, sayang?” Tanya Kakak cemas pada Kak
Anggun tapi sepertinya dia berusaha menutup sesuatu dari ku “Tidak apa-apa!”
jawab Kak Anggun “Semuanya, Ayo kumpul diruang tengah sebentar!” tambahnya
semua orang berdiri tapi aku tidak dalam minat untuk bergabung, dan memilih
tetap ditempatku. Semua orang meninggalkan ku kecuali Vero, tapi setelah ku
piker lagi dia ‘kan bias baca pikiran hingga tidak perlu kumpul “Kau benar
sekali!” balas Vero lalu tersenyum pada ku tapi aku tidak menanggapinya.
Kemudian semua
orang kembali ke ruang makan untuk saran tapi suasana menjadi sunyi hingga
Kakak memulai pembicaraan “Hari ini Kakak anterin ya? Atau kamu mau berangkat
bareng dengan mereka?” Tanya Kakak lalu memunculkan senyum jahilnya “Aku mau
berangkat sendiri. Kakak dan kalian sebaiknya berangkat duluan aja!” jawab ku
lalu berdiri lalu pergi mandi tanpa menyentuh sarapan ku sama sekali. Setelah
selesai mandi aku sedang bersiap-siap lalu seseorang mengetuk pintuk kamar ku
“TOK…TOK…” lalu aku membuka pintu kamar ku ternyata itu Kakak “Hai Cantik, kamu
tidak mau berangkat dengan Kakak ya?” tanyanya dengan senyum tapi aku tidak
ingin menjawabnya dan tidak merespon “Kau benci dengan Kakak ya? Karena telah
berbohong dengan mu selama ini?” Tanya Kakak lagi tapi kali ini nadanya seperti
sedang memohon untuk aku memaafkannya. Tapi aku memilih pergi meninggalkan
kamar lalu berangkat sekolah dengan berjalan kaki ke halte bus terdekat.
Aku sampai di
sekolah saat akan memasuki gerbang sekolah aku melihat Intan sedang berjalan
dan aku pun menyapa nya “Pagi Intan!” “Pagi, Kristal” balasnya dengan senyum
“Gimana kabarmu? Baik-baik saja?”Tanya ku “Aku baik, kamu sendiri?” jawabnya
“Aku baik sekali. Kamu tidak dikerjain lagi sama dengan Angel?” balas ku dengan
hati-hati “Tentu saja tidak. Kalau pun dikerjai lagi ‘kan ada kamu Kristal,
kamu mau ‘kan jadi sahabat aku?” ucapnya serius lalu aku tersenyum dan berkata
“Tentu saja lah. Aku pasti mau!” tanpa sadar kami telah sampai di depan
kelasnya Intan lalu dia masuk ke kelasnya sedangkan aku berjalan lagi tapi
terdengar suara yang memanggil ku “Hai Kristal !!!” dengan suara lantang.
Aku mengenali
suara itu tidak lain adalah Rizal mau tidak mau aku menegokkan kepala ku kearah
nya “Kamu baru berangkat ya, Zal?” Tanya ku “Iya nih, jalannya tadi macet.”
Jawabnya “Ayo cepat kita masuk ini pelajaran Bu Ning, tidak boleh telat!”
tambahnya lagi lalu langsung menarik tanganku hingga ikut berlari bersama
dengannya ke kelas “Ayo Kris!!! Cepat!!! Nanti kita telat!!” ucapnya masih
menarik tangan ku “UH..UH...UH…, pelan-pelan aja Zal, aku cape tau!” balasku
sambil kehabisan napas karena berlari. Kami sampai ke kelas tapi sayang sekali
bu Ning ternyata lebih cepat dari kami, Akhirnya kami pun dihukum hingga waktu
istirahat kedua dengan berdiri satu kaki diangkat di koridor sekolah.
“Huft… kita lari
tetap saja dihukum, harusnya tadi jalan saja Zal!” eluhku pada Rizal disamping
ku “Sudah! Jangan mengeluh terus!” sahut Rizal yang tumben bijak “Tapi aku tidak
masalah kalo di hokum ama cewe cantik kaya kamu!” tambahnya membuat ku menarik
lagi pujian yang baru saja ku pikirkan lalu aku mengambil satu langkah menjauh
darinya.
Saat istirahat
mata ku mulai terasa menggelap, kepala ku terasa sangat sakit mungkin karena
tadi pagi aku tidak sarapan, setelah itu aku tidak merasakan apa-apa lagi semua
nya berubah gelap.
AUTHOR POV…
“BUK!!”
tiba-tiba tubuh Kristal jatuh untunglah saat itu Geng Victory sedang berada di
koridor hingga Rizal menyerahkan Kristal kepada Geng Victory dengan sigap Bagas
membawa Kristal ke UKS di ikuti dengan anggota lainnya. Setelah membaringkan
tubuh Kristal langsung menyelimut dengan selimut yang ada didalam UKS.
“Bagaimana ini? Dia akan baik-baik saja ‘kan?” Tanya Retno “Dia akan baik-baik
saja ini karena dia tidak sarapan saja!” sahut Vicky “Baguslah dari pada dia
kenapa-napa.”ucap Bagas lega “Tapi aku khawatir jika dia masih syok dengan
kemarin, mungkin dia akan mengambil jalan yang salah hingga membuatnya dalam
bahaya” ujar Vero sambil menatap Kristal yang tertidur “Kalau begitu kita suruh
saja Tanto dan Anggun memutuskan” usul Yogi dingin lalu pergi dari UKS
menghilang entah kemana.
“Dimana aku ?”
Tanya Kristal “Kau ada di UKS, tadi kau pingsan saat dihukum makanya kami bawa
kemari!” ucap Retno “Iya, Cantik!” tambah Bagas “Lain kali sarapan dulu supaya
tidak pingsan kaya gini!” ucap Vicky mencoba menjahili Kristal, Vero yang
mendengar Kristal masuk dan berkata “Syukurlah kamu sudah bangun! Pulang kau
mau di jemput Kakak mu atau dengan kami?” dengan senyum “Tidak, Terima kasih,
aku pulang dengan Kakak saja. Kalian pulang duluan” jawab Kristal dengan dingin
lalu bersiap berdiri “Kau yakin sanggup berdiri dan jalan?” Tanya Vicky
khawatir “Aku bisa!” balas Kristal lalu turun dari ranjang dan berjalan pergi
meski tidak seimbang tetap saja dipaksa berjalan.
Kristal tidak
perduli apakah Vero membaca pikirannya atau tidak yang di inginkan Kristal
ialah kembali ke kehidupan yang seperti dulu atau tidak, berharap terbangun dan
ini semua adalah mimpi. Sedangkan Geng Victory memperhatikan Kristal “Bagaimana
ini? Kita tidak bisa mengubah pikirannya.” Tanya Retno cemas “Tenang saja!
Selama ini dia aman dan dia akan aman sampai…” ucapan Vero terhenti dan
menghela napas.
Selama pelajaran
semua Geng Victory melihat cemas kearah Kristal. Kristal tau bahwa Geng Victory
memandanginya tapi kenapa disana tidak ada Yogi, sosok yang membuat Kristal
penasaran. Pandangan Kristal tidak sengaja bertemu dengan pandangan Vero
sepertinya Vero telah membaca pikiran Kristal lagi tapi Kristal menanggapinya
dengan membuang muka.