TRAGEDI SI PENARI
(SI NOMER ABSEN 22)
Karya : The Blue
Rose
Sekolah sangat berduka dengan
kematian Maye, tapi tentu saja itu tidak berpengaruh bagi siswa lain untuk
melakukan aktivitasnya termasuk Rafika teman sekelas Maye. Ia masih sibuk
dengan latihan menarinya “MODERN DANCE - nya”. Fika adalah salah satu orang
yang menyukai tarian itu dan menjadikannya sebagai hobi dan minatnya.
Jangan terlalu tenggelam dalam
tarian karena mungkin kau tidak akan pernah kembali lagi seperti semula dan
kini saatnya ku ceritakan kisah tentang itu. “Kenapa aku tidak bisa-bisa sih?
Padahal gerakannya mudah tapi kenapa aku nggak bisa-bisa sih!?!?” eluh seorang
gadis yang sedang duduk beristirahat “Fika, sampai kapan kau mau latihan ini
sudah sore loh?!” ujar Faizin “eh.., udah sore ya? Kok aku tidak sadar ya?”
ucap Fika sambil berdiri dan mengambil handuknya sambil tersenyum kecil “Ya,
iyalah…, kamu terlalu sibuk nari jadi nggak sadar kalau sekarang udah jam 4
sore tau!” jelas Faizin malas “APA?!?! Duh, kenapa nggak bilang dari tadi aku
pulang pasti habis dimarahi nih!!! Zin, aku duluan ya?” ucap Fika sambil
berlari meninggalkan Faizin sendiri.
“Fika, anak gadis macam apa yang
baru pulang jam segini?!” Tanya Ibunya kesal “Maaf! Tadi Fika ada tugas tambahan
di sekolah jadi pulangnya agak telat.” Sahut Fika sambil memasang muka memelas
“Iya, sekarang masuk saja! Jangan lupa makan malam, belajar dan jangan tidur
kemaleman!” jelas Ibunya setelah menghela napas panjang “Makasih Cantik!” ucap
Fika dan langsung melesat masuk ke dalam kamarnya “Dasar! anak itu kapan dia
akan berubah?” gumam ibunya yang kembali duduk lalu menonton tv-nya.
Seperti biasa Rafika selalu
berangkat sekolah siang karena setiap malam sebelum tidur ia pasti selalu
melihat apakah ada dance baru yang keluar, jika ada ia akan latihan untuk bisa
mempraktekkannya di depan teman-temannya nanti. Rafika bersyukur sepertinya
hari ini ia tidak telat karena para guru masih bersedih dengan kematian Maye,
murid sekelas dengan Rafika yang kematiannya sangat tragis.
“Hey Yi, hari tumben Pak guru belum
datang? Ada apa sih?” Tanya Rafika penasaran “Kau tidak tau ya? Katanya hari
ini pak guru mau mendaftarkan Si Maya untuk ikut lomba modern dance!” Jelas Ayi
pada Rafika “Hah!! Lomba dance?!! Kok aku tidak tau sih?!” Tanya Rafika kesal
“Mana ku tau. Mungkin dia lebih bagus dari mu!” sahut Ayi asal “Oh ya, nanti
kita buktikan siapa yang lebih baik, aku atau dia!” ucap Fika penuh penekanan
pada setiap kata-katanya.
Bel pulang sekolah berbunyi semua
murid senang tapi tidak dengan Fika karena ia masih merasa tidak senang dengan
keputusan yang dibuat oleh Pak Guru dengan memilih Maya yang maju untuk ikut
Lomba Dance bukannya memilih dirinya yang jelas telah latihan dengan keras
bahkan bisa dibilang terlalu keras. Demi bisa mengikuti lomba itu tapi ternyata
dia tidak di pilih.
“Fika, kau mau pulang?” Tanya Anggun
“Tidak! Aku harus ikut dance dulu” jawab Fika pada Anggun “Ya udah, aku pulang
dulu ya?” sahut Anggun sambil merapihkan tas-nya “Iya, hati-hati ya?” balas
Fika “Eh, jangan lupa! Pulangnya jangan kesorean lagi, nanti Ibu mu
menanyakannya pada ku gimana?! Paham?!” Ujar Anggun yang hanya mendapat respon
anggukan dari Fika yang sudah berada di ujung pintu kelas hendak berjalan
keluar menuju ke sanggar tari tempat ia biasanya latihan rutin dengan anak-anak
modern dance nya.
Ketika Fika sampai ke sanggar,
disana anak-anak tengah berkumpul mengelilingi seorang anak gadis yang tentu
saja dan bukan lain adalah MAYA gadis yang di pilih oleh Pak Guru untuk mengikuti
lomba dance itu. Fika datang dengan muka sangar-nya langsung berkata “Kalian
lagi ngapain?! Bukannya latihan malah ngerumpi! Cepat, sekarang semuanya
latihan! Kalau ada yang tidak latihan, Awas saja!” dengan nada ancaman yang
terkenal sadis itu.
Semua anak-anak yang berkumpul
mengelilingi Maya, Refleks langsung berdiri dan langsung pemanasan karena tidak
ingin di ceramahi oleh Fika ketua Modern Dance yang terkenal cantik, berbakat,
tapi juga jago ceramah. Tapi kini seluruh pandangan tertuju pada Maya anak yang
baru masuk klub Dance dan sudah langsung di pilih untuk mewakili sekolah dalam
Lomba Dance, yang tengah duduk dan tidak latihan.
“Apa yang kau lakukan, Maya? Kenapa
tidak latihan?” Tanya Fika dengan senyum manis bagi yang melihatnya bisa jatuh
hati saat itu juga “Aku sedang tidak sehat, dan juga pak Guru menyuruh ku untuk
beristirahat sebelum aku mulai latihan yang serius!” sahut Maya menjelaskan
dengan sopan “Oh begitu ya? Kalau begitu kau bisa istirahat dan tidak usah
latihan biar aku yang mengurus mereka.” Balas Fika “Baiklah! Kalau begitu aku
mau ke toilet dulu ya?!” ucap Maya “Iya, hati-hati jangan pingsan di jalan!”
balas Fika dengan senyum yang terbilang mengerikan.
Setelah Maya menghilang Fika berkata
“Kalian teruskan latihannya, aku mau mengambil buku absen di tasku di kelas!”
semua dengan serempak menjawab “IYA!”. Fika dengan santai berjalan di lorong
menuju ke kelasnya tapi ia tidak menuju ke kelas melainkan menuju ke toilet
perempuan yang searah dengan jalan ke kelasnya. Dengan senyum Fika memasuki
toilet dan mengecek setiap pintunya dan ternyata di sana hanya ada Maya seorang
dan dengan cepat Fika mengambil sabun dan numpahkannya di seluruh lantai toilet
lalu air bekas pel-pelan dia tumpahkan dari atas bilik kamar kecil yang dimasuki
Maya lalu pergi tanpa menghiraukan apa yang terjadi selanjutnya.
“AAAAAA!!!!!” teriak Maya saat air
itu membasahi seluruh tubuhnya dan air itu juga membuat mata Maya menjadi
perih, sambil mengucek-ucek matanya Maya membuka pintu tapi sayang lantai yang
licin membuat Maya kehilangan kendali dan jatuh hingga kepalanya membentur
lantai. Tapi untungnya tangan Maya yang reflek langsung digunakannya menjadi
bantalan sehingga tidak menyebabkan kepalanya langsung dengan kerasnya lantai
toilet.
Diam-diam Fika menyaksikan hal itu
dengan senyum penuh kemenangan atas yang terjadi pada Maya lalu berlalu menuju
ke kelas dan mengambil buku absen sambil bergumam “Rasakan kau! Siapa suruh kau
bersaing dengan ku?! Dasar perempuan pengganggu!” masih tersenyum kemenangan hingga
seseorang dari balik pintu memanggilnya “Fika, kau belum pulang ya?” Tanya
orang itu “Iya nih, Ris. Aku mau ngambil absen dulu. Paling bentar lagi pulang.
Kamu juga belum pulang, emang ada acara apa sih?” Tanya Fika balik “Oh… nggak,
tadi aku dicariin Bu guru jadi ke kantor dulu ini baru mau pulang!” sahut Riski
sambil berjalan kearah bangkunya dan mengambil tas lalu berlalu pergi begitu
juga dengan Fika yang langsung berjalan menuju ke Sanggar dan ternyata disana
Pak Guru telah datang. Begitu juga dengan gadis yang tadi baru saja dia kerjain
siapa lagi kalau bukan Maya yang tubuhnya sudah terbungkus handuk untuk
mengeringkan bajunya yang basah.
Baru saja sampai Fika langsung
dimarahi “FIKA!!! Kemana saja kau? Hah!! Karena kelalaian mu, Maya jadi korban!
Nih lihat!” bentak Pak Guru sambil menarik tangan Rafika menuju kearah Maya
yang sedang kedinginan “Bisa nggak sih jadi ketua?!!? Hah!!! Cuma ngurusin 15
anak saja, kau tidak bisa! Harusnya Maya yang jadi ketua bukan kau, PAHAM?!?!”
bentak Pak Guru lagi-lagi dan itu membuat Maya menatap Fika dengan tatapan
kasihan lalu menarik tangan Pak Guru dengan cepat raut wajah serius Pak Guru
berubah menjadi cemas “Ada apa, Maya? Ada yang ingin kau bicarakan?” Tanya Pak Guru “Iya, Pak.
Saya tidak sengaja, Toh Fika juga nggak tau masalahnya. Jadi jangan salahkan
Fika, Pak! Fika tidak salah!” jawab Maya lalu dengan cepat menggenggam tangan
Fika lalu meminta maaf karena Maya, Fika jadi di marahi oleh Pak Guru.
Setelah kejadian itu Pak Guru
menjadi lebih memihak Maya dibandingkan dengan Rafika yang jauh lebih dulu
menjadi anggota Club Dance.
Dasar Perempuan Munafik!!!
Kau hanya seperti ini bila di depan orang lain!!!
Akan kubuat kau menyesal, telah bermain bersama ku!!!
Rafika sering melihat Maya yang
sedang latihan untuk persiapan lomba, tapi menurutnya Maya tidak pantas karena
Maya tidak serius dengan latihannya bahkan dia baru latihan 30 menit saja sudah
istirahat sedangkan dia bisa latihan selama se-jam lebih untuk persiapan
pemilihan perwakilan lomba tapi malah Maya yang terpilih.
Perasaan itu makin besar karena Maya
meminta Fika untuk mengajarinya sekaligus menemaninya latihan “Jadi, kau mau
menemaniku latihan sebelum lomba ‘kan?” Tanya Maya pada Fika “Tentu saja, kan
hebat bisa mengajari sekaligus menemani perwakilan sekolah untuk Lomba Dance”
sahut Fika dengan ramah disertai senyum manis yang dibalas senyum oleh Maya.
Tapi satu hal yang tidak di sadari Maya adalah
dibalik senyumannya Fika sedang merencanakan bagaimana cara ia membalaskan rasa
sakitnya, juga rasa iri-nya pada Maya yang telah menumpuk dari awal pertemuan
mereka.
Fika dan Maya pun mulai sering latihan bersama dan
Fika tidak henti-hentinya mencoba mencelakai Maya “Maya, ayo anterin aku
keperpustakaan, aku mau ngembaliin buku nih!” ajak Fika “Ayo, aku juga lagi
bosan nih!” sahut Maya mengiyakan permintaan Fika. Mereka berjalan menuju ke
perpustakaan setelah masuk Fika berkata “Kau lihat-lihat saja dulu! Aku mau
mencatat buku yang akan ku kembalikan.” “hmm..,”balas Maya mengiyakan sambil
melihat-lihat judul-judul yang tersusun rapih di rak-rak perpustakaan.
Tanpa ada yang melihat Fika mendorong salah satu rak
yang diatasnya terdapat tumpukan kardus dan langsung menimpa Maya yang ada
dibawahnya. Anak-anak yang melihat kardus itu menimpa Maya langsung berlari
menolng dan membawa Maya ke UKS sekolah sedangkan Fika berakting seperti orang
syok dan bersalah di depan semua orang.
“Maya, bangun!
Kau kenapa? Maafkan aku, harusnya tadi aku tidak memintamu untuk menemaniku!”
Tapi ternyata kondisi Maya baik-baik saja dan
membuat Fika makin membencinya dan berpikir lagi untuk menyikirkan Maya dengan
cepat sebelum lomba Dance dilaksanakan minggu depan karena ia tidak mau melihat
Maya yang harus maju mewakili sekolahnya bukannya Fika.
3 hari tepat sebelum perlombaan Maya dan Fika
berlatih untuk mematangkan gerakan yang nanti akan ditampilkan saat pentas dan
saat itu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan sekolah sudah sepi tinggal Maya dan
Fika yang sedang berlatih di sangar tari mereka “Maya, sudah sore nih, kita
pulang yuk!” ajak Fika dan dibalas anggukan oleh Maya.
Mereka berjalan menuju ke kelas masing-masing, kelas
Fika berada di lantai bawah sedangkan Maya berada di lantai atas “Aku duluan
ya!” sahut Fika pada Maya “Iya, hati-hati Fika.” balas Maya lalu naik ke atas
tangga menuju ke kelasnya.
Satu hal yang tidak di sadari oleh Maya adalah Fika
yang bilang-nya akan pulang sebenarnya punya niat lain yaitu menyikirkan
dirinya. Fika yang melihat Maya telah menghilang dari tangga langsung dengan
cepat menumpahkan sebotol sabun lantai yang ada di depan kelasnya.
“Sekarang rasakan balasan ku, Gadis Sombong. Siapa
yang menyuruhmu untuk bermain-main dengan ku? ” gumam Fika lalu langsung pergi
meninggalkan Maya dengan tangga yang sekarang telah sepenuhnya terbungkus oleh
sabun itu.
Maya turun melalui tangga itu dengan terburu dan
langsung terpeleset “AAAAA!!!!!” teriak Maya karena terpeleset dari tangga dan
berguling-guling hingga jatuh ke lantai dasar lalu kepalanya membentur anak
tangga beberapa kali dan pada akhirnya membentur lantai keramik putih, seketika
itu juga keramik putih itu penuh dengan cairan berwarna merah pekat yang
berasal dari kepala Maya.
Di rumah Sakit…
Para dokter dan suster sedang terburu-buru masuk ke
ruang UGD karena ada pasien yang mengalami pendarahan hebat pada kepalanya
sedangkan di depan ruang UGD duduk seorang cowok yang sedang menenangkan
seorang wanita paruh baya yang sedang menangis dengan hebat “Ibu, tenanglah!
Bukankah Maya anak yang kuat? Dia pasti bisa melalui semua ini, bu!” ucap Cowok
itu pada wanita itu “Semoga saja!” sahut wanita itu dengan isaknya.
Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya operasi telah
selesai, lampu pada ruang operasi telah padam yang menandakan bahwa operasi
telah selesai dan seorang dokter berjalan keluar dari ruang operasi dengan
terburu-buru wanita tadi di bantu dengan cowok itu langsung menghampiri dokter
dan langsung bertanya “Dok, bagaimana keadaan putri saya? Apa baik-baik saja?”
“Tenang bu, kami sudah berusaha semampu kami dan operasi anak ibu berjalan
dengan baik dan sukses” sahut dokter.
“Syukurlah, kalau begitu kapan kami bisa
mengunjunginya?” Tanya Cowok itu pada dokter “Kalian dapat mengunjunginya besok
tapi..” ucap dokter menggantungkan kalimatnya “Tapia pa dok?” Tanya wanita itu
“Tapi anak ibu mengalami kasus koma untuk sementara dia tidak akan sadarkan
diri” sahut Dokter yang berhasil membuat wanita itu pingsan seketika itu juga.
Cowok yang sigap itu langsung membawa wanita itu ke
ruang pertolongan yang ada setelah diberikan obat penenang cowok itu di izinkan
masuk lalu dengan langkah terhuyung-huyung duduk disamping ranjang wanita yang
sekarang tengah terlelap itu, menggenggam tangannya lalu tanpa disadari
bulir-bulir bening turun dari matanya dan pandangan yang sendu itu berubah
menjadi pandangan tajam dan dingin, Cowok itu berkata
Orang yang telah
menyakiti kalian,
Akan ku pastikan
dia mengalami yang lebih buruk dari pada ini.
Itu janji ku…
Fika sudah mendengar dari banyak siswa tentang
perihal Maya yang masuk rumah sakit dan kemungkinan tidak dapat mengikuti lomba
dance mewakili sekolah. Tapi Fika berpura-pura tidak tau dan berakting sangat
khawatir ketika Pak guru memanggilnya untuk berkumpul ke sangar tari seperti biasanya.
“Fika, kau tau kenapa kau dipanggil?” Tanya pak guru
“Tidak pak, tapi saya boleh bertanya bagaimana keadaan Maya? Apa baik-baik
saja? Lukanya tidak parah ‘kan?” Tanya Fika “Dia mengalami koma akibat benturan
keras di kepalanya” balas Pak guru “kalau begitu bagaimana dengan lomba Dance
nya?” Tanya Fika lagi “Karena itulah Pak guru memanggilmu kemari. Karena kita
tidak tau kapan Maya bangun, jadi sudah di putuskan kau akan mewakili sekolah
untuk Lomba Dance itu.” Jawab Pak guru “Tapi, saya merasa tidak enak pada Maya,
Pak” sahut Fika “Itu urusan saya, kamu fokus saja dengan latihan itu karena
waktunya tinggal 2 hari lagi, paham?” Tanya pak guru “Paham, pak” jawab Fika
lalu memulai pemanasan untuk latihan Dance untuk lomba itu.
Akhirnya kau
mengerti kan?
Aku tidak suka
dengan orang yang mengalahkan ku…
Sekarang
nikmatilah tidur panjang mu…
Maya gadis
berbakat nan bodoh…
Fika
yang mengikuti lomba Dance itu memenangkan perlombaan itu dan mendapat banyak
pujian dari semua orang tidak terkecuali dari para guru dan teman-teman nya. Ia
sangat senang dengan pencapaiannya hingga mengadakan acara pesta yang
mengundang semua orang yang sangat membantu ia mencapai kemenangan di lomba
tersebut.
“Fika,
acara perayaan kemenangan mu atas lomba Dance. Kapan sih?” Tanya Anggun “Oh,
itu. Nanti malam dirumahku jam 7, jangan lupa ya?” jawab Fika “Wah, selamat ya
Fika. Ku kira kau tidak akan mewakili sekolah karena adanya gadis yang bernama
Maya itu.”sahut Ayi pada Fika. Mendengar hal itu membuat raut wajah Fika
seketika itu berubah tapi dengan tenang Fika menjawab Ayi “Kau tau kan? Aku
tidak suka dikalahkan dalam apapun”sahut Fika dengan senyum kemenangan.
Saat
Malam…
Acara
kemenangan itu berlangsung dengan meriah dan mewah banyak orang yang datang
kesana mulai dari teman-teman biasa dan grup dancenya hingga para juri yang
menilainya hadir dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya mencapai
kemenangan itu. “Wah! Fika acaramu kali ini benar-benar mewah ya?” sahut Pipit
“Jelaslah! Ini ‘kan keberhasilanku. Pasti akan kubuat semewah mungkin,
benarkan?” balas Fika dengan senyum manis “Iya, sering-seringlah buat acara
seperti ini dan ngundang kita semua ya?” tambah Ririn “Iya, kalian kan suka yang
gratisan ‘kan?” balas Fika lalu tertawa bersama dengan yang lain.
Tibalah
saat dimana diadakan battle Dance antara Fika dan tamu-tamu yang hadir, lawan
Fika bisa siapa saja yang berminat untuk melawan bisa maju kedepan tapi dari 3
orang yang maju satu pun tidak ada yang bisa mengalahkan Fika dan membuat Fika
bosan “Apakah acara ini tidak ada yang bisa mengalahkan ku?” eluh Fika bosan
tapi ketika Fika berniat pergi, muncul lah seorang cowok yang menantangnya
untuk battle Dance dengan Fika.
Dengan
senang hati Fika menerima tantangan itu dan meladeni cowok itu tapi yang
mengejutkan cowok itu berhasil mengalahkan Fika ketika battle Dance dan
mendapat pujian dari banyak tamu yang hadir pada acara itu. Dengan senyum Fika
menghampiri cowok itu dan bertanya “Siapa namamu? Ini pertama kalinya aku
melihat mu.” “Aku Frans, iya aku baru pertama kali bertemu dengan mu” jawab
Frans “Oh…Pantesan, kamu kesini dengan siapa?” Tanya Fika lagi “Aku dengan
teman-teman Klub Dance ku” ucap Frans sambil menunjuk ke arah kumpulan
anak-anak yang sedang menikmati hidangan sambil tertawa itu.
Acara
perayaan itu pun selesai semua tamu telah pulang, tinggal beberapa saja yang
masih ada di acara itu termasuk Fika dan Frans “Kamu mau pulang dengan siapa?”
Tanya Frans pada Fika “Aku pulang sendiri lah.”jawab Fika “Gimana kalau aku
anterin?” tawar Frans “Tidak perlu, aku bisa sendiri. Kau pulang saja!” sahut
Fika “Baiklah! Aku tidak akan memaksa tapi aku boleh ‘kan berteman dengan
Dancer terbaik seperti dirimu?” Tanya Frans dengan senyum “Aku dengan senang
hati menerima teman seorang Dancer yang bisa mengalahkan diriku” sahut Fika
dengan senyum yang manis pada Frans. Dan disini lah pertemanan mereka di mulai.
Fika
secara tidak langsung mulai berteman dengan Frans, ditambah lagi Frans mulai
sering menjemput Fika saat pulang sekolah. Fika juga merasa menyukai Frans yang
sangat baik pada dirinya. Entah sebagai teman main atau pun lawan dalam Dance,
tidak seperti orang lain yang selalu memaksanya, menyuruhnya atau bahkan
memaksanya untuk melakukan semuanya.
Menjelang
libur Long Weekend…
Hari
ini adalah hari terakhir sebelum libur panjang selama 4 hari, Fika dan
murid-murid lain tentu saja menunggu hal itu. Mereka membicarakan tentang
rencana mereka untuk mengisi liburan mereka yang lumayan panjang itu. “Fika,
kamu mau liburan kemana?” Tanya Endra “Nggak tau nih, belum ada rencana.” Jawab
Fika lesu “Tumben banget. Biasanya kamu yang duluan bikin rencana sampai banyak
sekali” tambah Pipit “Eh, kenapa kau tidak ajak si…, siapa ya namanya? Yang
sering jemput kamu tuh! Duh, aku lupa!” sahut Ayu “FRANS” jawab Ririn pada Ayu
“Iya, menurut ku bukan la hide yang buruk mengajaknya jalan-jalan. Toh kamu
juga lagi PDKT dengan dia ‘kan?” tambah Ayi yang tiba-tiba datang. “Iya, bisa
sih. Tapi siapa tau dia punya acara lain, gimana?” Tanya Fika “Yah…, dicoba aja
dulu. Jangan pesimis gitu!” jawab Endra yang menjadi penghenti karena guru
telah masuk ke kelas mereka.
Saat
pulang sekolah…
Semua
anak bersorak senang karena pelajaran hari ini akhirnya berakhir dan mereka juga
senang karena libur panjang yang menanti mereka. Semua berjalan dengan cepat
menuju ke gerbang sekolah begitu juga dengan Fika, tapi Fika melihat May yang
sedang duduk di bangku panjang dan menghapirinya “May, kau tidak pulang? 4 hari
kedepan kita libur, kau tidak punya rencana?” Tanya Fika “Rencana? Bukankah
rencana mu sudah berhasil ya? Kau berbakat hanya saja tidak bisa bersabar dan
menggunakan bakatmu untuk hal buruk dan sekarang kau akan menerima
balasannya”sahut May lalu berdiri tapi tangannya ditahan oleh Fika “Apa
maksudmu?” Tanya Fika tapi May tidak malah pergi meninggalkan Fika. Begitu
sampai di depan gerbang di sana telah berdiri sosok yang selama ini
menemaninya, Frans. Cowok yang mengalahkannya dalam tantangan Dance dan secara
tidak sadar membuat dirinya tertarik pada cowok dengan kepribadian baik itu.
Fika
berjalan menghampiri Frans dengan senyum dan Frans membalas dengan seulas
senyum juga “Kau sudah datang?” Tanya Fika “Iya, hari ini ‘kan bebas”sahut
Frans “Ehmm.., aku boleh nanya nggak?” Tanya Fika salah tingkah “Tentu saja.
Kau boleh bertanya apapun.” Jawab Frans “Hmm…, liburan ini kau punya acara
tidak?” Tanya Fika dengan hati-hati “Hmm… ada tuh. Emang kenapa?” jawab Frans
santai “Ah nggak apa-apa. cuma nanya aja.” Sahut Fika “Oh..ya, aku lupa kau mau
ikut nggak aku dan team Dance ku mau liburan di Villa ku di tepi pantai? Tapi
kalau kau sudah punya acara aku nggak maksa” tawar Frans “Bener nih? Aku boleh
ikut? Apa nggak ngganggu kalian?” Tanya Fika “Iya, lagi pula ‘kan kita bisa
sekalian belajar bareng ‘kan?” tambah Frans “Iya juga sih, Baiklah. Kapan
acaranya?” jawab Fika “Besok aku jemput gimana?” Tawar Frans “Tidak usah. Kau
tunggu di Halte dekat rumah ku saja, gimana?” sahut Fika “Baiklah deal. Jam 9
pagi ya?”sahut Frans dan mendapat anggukan dari Fika
Keesokan
paginya…
Fika
sudah berangkat menuju ke Halte yang ada di dekat rumahnya dan di sana telah
berdiri Frans yang menunggunya dengan senyum. Tanpa menunggu lama Frans dan
Fika langsung pergi ke Villa yang maksud oleh Frans. Setelah 30 menit
perjalanan akhirnya mereka sampai di Villa milik Frans itu, Villa yang bisa di
bilang besar dan langsung menghadap kearah laut itu membuat Villa ini memiliki
nuansa romanti yang sangat kental. Tapi sayangnya tempat Villa ini berdiri
termasuk sepi dan jarang di lalui orang meski pemandangannya yang sangat
cantik. “Frans! Kapan team mu akan datang?” Tanya Fika penasaran karena
sekarang sudah jam 3 sore tapi belum ada tanda-tanda kedatangan orang lain
selain mereka berdua “Oh.., mereka bilang mereka kena macet, setelah kita
berangkat ada kecelakaan beruntun” sahut Frans “Wah, kalau begitu untung saja
kita berangkat duluan ya?” balas Fika sambil melihat ke arah Frans dan dibalas
dengan senyum oleh Frans.
Fika
menuju ke kamar yang akan di pakainya untuk menginap selama 3 hari di Villa
itu, setelah menaruh barang-barangnya. Dia langsung melihat-lihat kamarnya
sepertinya kamar yang ia tempat adalah kamar khusus cewek karena warna biru
laut yang mendominasi. Ketika asik melihat-lihat matanya secara tidak sengaja
melihat sebuah album kecil yang bertuliskan “Kenangan ku” tanpa meminta izin
Fika langsung membuka album itu, dia melihat Frans tertawa dan tersenyum dengan
seorang wanita paruh baya dan ketika membuka Bagian akhir album itu dia melihat
Frans dan seorang gadis yang sangat ia kenal, Maya.
Gadis
yang ia buat masuk rumah sakit “Kau sedang apa?” Tanya Frans yang sontak
membuat Fika kaget dan menyembunyikan album itu “Ah.., Itu…, Itu gunting kuku
milik ku jatuh aku sedang mencarinya.” Sahut Fika mencoba menutupi kegugupannya
saat ini. “Oh…, kalau sudah ke meja makan saja. Makanan sudah ku siapkan!”
sahut Frans lalu pergi meninggalkan Fika. Fika langsung membereskan
barang-barangnya dan membawa tasnya turun menuju ke pintu depan tapi saying
ketika sampai di pintu depan, ternyata pintu itu terkunci “Kau mau kemana?”
Tanya Frans dari belakang Fika lalu Fika berbalik “Aku mau pulang, tiba-tiba
ibuku telepon dan bilang sakit. Jadi, aku harus pulang!” jawab Fika mencoba
tenang “Hmm.., kau bohong. Bagaimana dia bisa telepon jika HP-mu saja ada
disini?” Sahut Frans sambil menunjukkan HP Fika yang ada di tangannya.
Fika
mencoba berlari tapi sayang tangan Frans berhasil menangkap gerakan Fika dan
dengan sekali tamparan dari Frans sanggup membuat Fika pingsan dan tidak
sadarkan diri. Frans membawa Fika ke ruang bawah tanah yang ada di Villa
miliknya.
Dimana ini ?
Aku tidak
bisa merasakan mulutku. Apa rahangku patah?
Aku tidak
bisa bergerak. Kenapa aku diikat seperti ini di tiang?
Apa mau Si Frans
itu pada ku sebenarnya?
Cowok
brengsek!!!
Pintu
terbuka lalu masuk lah seseorang yakni Frans, cowok yang mengurungnya disini “Wah,
sahabatku akhinya bangun juga. Gimana tidurmu Nyenyak ‘kan?” Tanya Frans dengan
senyum yang mengerikan yang baru di lihat oleh Fika “Apa mau mu?” Tanya Fika
setelah berusaha cukup lama untuk berbicara “Mau ku ya? Ku rasa kau tau
jawabannya dan aku tidak perlu menjelaskan lagi.” Jawab Frans “Aku tidak tau
apa maksudmu. Jadi lepaskan aku brengsek!” bentak Fika “Wah, kau masih punya
keberanian ya? Setelah ku tampar tadi ya!” sahut Frans lalu langsung memukul
perut Fika dengan tangannya hingga berhasil membuat Fika mengeluarkan darah
dari mulutnya. Setelah beberapa pukulan Frans layangkan pada Fika akhirnya ia
berhenti “Sekarang kau tau apa kesalahanmu? HAH!!!” bentak Frans “hahahah… Mana
ku tau? Kau yang gila, aku tidak pernah bersalah pada mu.” Balas Fika sambil
meludahkan darah dari mulutnya.
“Baiklah!
Kau yang memintanya.” Frans menuju pojok ruangan itu lalu mengambil sebuah
benda dan ternyata benda itu adalah pemukul bisbol. Tanpa aba-aba Frans
langsung melayangkan pemukul bisbol itu pada tubuh Fika dan seketika itu Fika
menjerit.
AAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHH!!!
SSSSSSAAAAAKKKKKKIIIIIIIIITTTTTTTTTTT!!!
AAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHH!!!
AAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHH!!!
Frans
memukuli Fika secara membabi buta tanpa melihat bahwa Fika sebenarnya telah
pingsan sejak tadi lalu Frans menghentikan pukulannya dan pergi meninggalkan
Fika dengan wajah dan tubuh yang sudah berdarah dan lebam akibat pukulan dari
tongkat baseball-nya.
Frans
makin lama, makin gila dalam hal menyiksa Fika. Entah sudah berapa hari berlalu
tapi bagi Fika pagi dan malam sama saja karena dia terkurung dalam ruangan
bawah tanah yang tidak ada sedikit pun cahaya dapat masuk kedalamnya. Berkali-kali
ia mencoba untuk berteriak tapi percuma saja tidak ada yang mendengar, tubuhnya
sudah tidak berbentuk lagi semuanya berisi lebam yang kebiruan begitu juga
dengan wajahnya.
Lalu
tiba-tiba masuk lah Frans “Kau tau apa kesalahanmu?” Tanya Frans setiap kali
masuk ke dalam ruangan itu dan sekali lagi dengan tenaga yang masih tersisa
Fika menjawab “Tidak, aku tidak tau!” lalu Frans mengeluarkan pisau kecil yang
sepertinya sangat tajam dan memainkannya di depan muka Fika “Kau sangat suka
menari’kan? Kau tidak suka dikalahkan, bagaimana kalau kau tidak bisa menari
lagi?” ucap Frans dengan senyum mengerikan lalu dia berjongkok dan mengarahkan
pisau nya pada urat belakang kaki Fika dengan cepat ia memotong kedua urat itu
dan langsung membuat Fika menjerit dan menangis entah untuk keberapa kalinya.
AAAAAAAARRRRRRGGGGGGHHHHHH!!!!!!!
SSSSAAAAAAAAKKKKKKKIIIIIIIIITTTTTTTT!!!!!
BBBBBRRRRREEEENNNNGGGGSSSSEEEEEKKKK!!!!
APA MAU MU HAH!!!!!!
“Sudah
kubilang, kau tau jawabannya. Dan sekarang kau harus merasakan yang dia
rasakan!!!” ucap Frans dengan marah lalu menampar Fika yang membuat harus
merelakan beberapa giginya terlepas dari tempatnya. Saat itu baru lah Fika
sadar yang selama ini dimaksud oleh Frans dan foto yang temukan di kamar itu
bukanlah kebetulan. “Iya, Gadis yang kau buat masuk rumah sakit itu adalah
tunanganku, Maya.” Sahut Frans sambil menatap tajam kearah Fika “Begitu ya,
tapi maaf bukan aku yang melakukannya” balas Fika “BERHENTILAH BERBOHONG!” bentak
Frans marah “Kau bahkan tidak punya bukti ka…” ucap Fika terpotong karena
dengan tiba-tiba terputar sebuah rekaman ketika ia mengerjai Maya saat di WC
hingga saat Maya jatuh dari tangga.
“Ini
bukti yang cukup untuk membuatku percaya.” Sangga Frans dengan senyum
kemenangan sedangkan Fika langsung terdiam lalu ia teringat kata-kata yang di
ucapkan oleh May sebelum libur.
“Kau berbakat hanya saja tidak bisa bersabar dan
menggunakan bakatmu untuk hal buruk dan sekarang kau akan menerima balasannya”
“Aku
minta maaf! Aku tidak tau dia akan masuk rumah sakit! Aku sungguh-sungguh minta
maaf!!” ucap Fika sambil terisak-isak “Percuma! Maaf tidak akan mengembalikan
Maya dan Ibunya seperti semula.” Kata Frans lalu bersiap melayangkan tongkat
baseball ke tubuh Fika sebelum tubuh Fika terkena pukulan itu dia melihat
seorang gadis yang melihat kearahnya sambil memegang bunga mawar.
Dan
tiba-tiba dari pintu datang petugas kepolisian mereka menangkap dan membawa
Frans pergi dan Fika dapat di selamatkan dan dibawa segera ke rumah sakit. Setelah
kejadian yang mengerikan itu Fika tidak dapat menari lagi karena urat kaki dan
patah tulang kakinya mengalami kerusakan parah bahkan untuk berjalan seperti
normal itu tidak mungkin. Fika juga mengalami trauma parah hingga menjauhi
tarian. Sedangkan Maya baru sadar dari koma nya yang panjang berubah menjadi
sosok penari paling di cari.
THE END
Jangan terlalu tenggelam dalam tarian karena
mungkin…
kau tidak akan pernah kembali lagi seperti
semula…