Kamis, 22 Desember 2016

Cerpen Kedua



TRAGEDI SI PENARI

(SI NOMER ABSEN 22)

Karya : The Blue Rose

            Sekolah sangat berduka dengan kematian Maye, tapi tentu saja itu tidak berpengaruh bagi siswa lain untuk melakukan aktivitasnya termasuk Rafika teman sekelas Maye. Ia masih sibuk dengan latihan menarinya “MODERN DANCE - nya”. Fika adalah salah satu orang yang menyukai tarian itu dan menjadikannya sebagai hobi dan minatnya.

            Jangan terlalu tenggelam dalam tarian karena mungkin kau tidak akan pernah kembali lagi seperti semula dan kini saatnya ku ceritakan kisah tentang itu. “Kenapa aku tidak bisa-bisa sih? Padahal gerakannya mudah tapi kenapa aku nggak bisa-bisa sih!?!?” eluh seorang gadis yang sedang duduk beristirahat “Fika, sampai kapan kau mau latihan ini sudah sore loh?!” ujar Faizin “eh.., udah sore ya? Kok aku tidak sadar ya?” ucap Fika sambil berdiri dan mengambil handuknya sambil tersenyum kecil “Ya, iyalah…, kamu terlalu sibuk nari jadi nggak sadar kalau sekarang udah jam 4 sore tau!” jelas Faizin malas “APA?!?! Duh, kenapa nggak bilang dari tadi aku pulang pasti habis dimarahi nih!!! Zin, aku duluan ya?” ucap Fika sambil berlari meninggalkan Faizin sendiri.

            “Fika, anak gadis macam apa yang baru pulang jam segini?!” Tanya Ibunya kesal “Maaf! Tadi Fika ada tugas tambahan di sekolah jadi pulangnya agak telat.” Sahut Fika sambil memasang muka memelas “Iya, sekarang masuk saja! Jangan lupa makan malam, belajar dan jangan tidur kemaleman!” jelas Ibunya setelah menghela napas panjang “Makasih Cantik!” ucap Fika dan langsung melesat masuk ke dalam kamarnya “Dasar! anak itu kapan dia akan berubah?” gumam ibunya yang kembali duduk lalu menonton tv-nya.

            Seperti biasa Rafika selalu berangkat sekolah siang karena setiap malam sebelum tidur ia pasti selalu melihat apakah ada dance baru yang keluar, jika ada ia akan latihan untuk bisa mempraktekkannya di depan teman-temannya nanti. Rafika bersyukur sepertinya hari ini ia tidak telat karena para guru masih bersedih dengan kematian Maye, murid sekelas dengan Rafika yang kematiannya sangat tragis.

            “Hey Yi, hari tumben Pak guru belum datang? Ada apa sih?” Tanya Rafika penasaran “Kau tidak tau ya? Katanya hari ini pak guru mau mendaftarkan Si Maya untuk ikut lomba modern dance!” Jelas Ayi pada Rafika “Hah!! Lomba dance?!! Kok aku tidak tau sih?!” Tanya Rafika kesal “Mana ku tau. Mungkin dia lebih bagus dari mu!” sahut Ayi asal “Oh ya, nanti kita buktikan siapa yang lebih baik, aku atau dia!” ucap Fika penuh penekanan pada setiap kata-katanya.

            Bel pulang sekolah berbunyi semua murid senang tapi tidak dengan Fika karena ia masih merasa tidak senang dengan keputusan yang dibuat oleh Pak Guru dengan memilih Maya yang maju untuk ikut Lomba Dance bukannya memilih dirinya yang jelas telah latihan dengan keras bahkan bisa dibilang terlalu keras. Demi bisa mengikuti lomba itu tapi ternyata dia tidak di pilih.

            “Fika, kau mau pulang?” Tanya Anggun “Tidak! Aku harus ikut dance dulu” jawab Fika pada Anggun “Ya udah, aku pulang dulu ya?” sahut Anggun sambil merapihkan tas-nya “Iya, hati-hati ya?” balas Fika “Eh, jangan lupa! Pulangnya jangan kesorean lagi, nanti Ibu mu menanyakannya pada ku gimana?! Paham?!” Ujar Anggun yang hanya mendapat respon anggukan dari Fika yang sudah berada di ujung pintu kelas hendak berjalan keluar menuju ke sanggar tari tempat ia biasanya latihan rutin dengan anak-anak modern dance nya.

            Ketika Fika sampai ke sanggar, disana anak-anak tengah berkumpul mengelilingi seorang anak gadis yang tentu saja dan bukan lain adalah MAYA gadis yang di pilih oleh Pak Guru untuk mengikuti lomba dance itu. Fika datang dengan muka sangar-nya langsung berkata “Kalian lagi ngapain?! Bukannya latihan malah ngerumpi! Cepat, sekarang semuanya latihan! Kalau ada yang tidak latihan, Awas saja!” dengan nada ancaman yang terkenal sadis itu.

            Semua anak-anak yang berkumpul mengelilingi Maya, Refleks langsung berdiri dan langsung pemanasan karena tidak ingin di ceramahi oleh Fika ketua Modern Dance yang terkenal cantik, berbakat, tapi juga jago ceramah. Tapi kini seluruh pandangan tertuju pada Maya anak yang baru masuk klub Dance dan sudah langsung di pilih untuk mewakili sekolah dalam Lomba Dance, yang tengah duduk dan tidak latihan.

            “Apa yang kau lakukan, Maya? Kenapa tidak latihan?” Tanya Fika dengan senyum manis bagi yang melihatnya bisa jatuh hati saat itu juga “Aku sedang tidak sehat, dan juga pak Guru menyuruh ku untuk beristirahat sebelum aku mulai latihan yang serius!” sahut Maya menjelaskan dengan sopan “Oh begitu ya? Kalau begitu kau bisa istirahat dan tidak usah latihan biar aku yang mengurus mereka.” Balas Fika “Baiklah! Kalau begitu aku mau ke toilet dulu ya?!” ucap Maya “Iya, hati-hati jangan pingsan di jalan!” balas Fika dengan senyum yang terbilang mengerikan.

            Setelah Maya menghilang Fika berkata “Kalian teruskan latihannya, aku mau mengambil buku absen di tasku di kelas!” semua dengan serempak menjawab “IYA!”. Fika dengan santai berjalan di lorong menuju ke kelasnya tapi ia tidak menuju ke kelas melainkan menuju ke toilet perempuan yang searah dengan jalan ke kelasnya. Dengan senyum Fika memasuki toilet dan mengecek setiap pintunya dan ternyata di sana hanya ada Maya seorang dan dengan cepat Fika mengambil sabun dan numpahkannya di seluruh lantai toilet lalu air bekas pel-pelan dia tumpahkan dari atas bilik kamar kecil yang dimasuki Maya lalu pergi tanpa menghiraukan apa yang terjadi selanjutnya.

            “AAAAAA!!!!!” teriak Maya saat air itu membasahi seluruh tubuhnya dan air itu juga membuat mata Maya menjadi perih, sambil mengucek-ucek matanya Maya membuka pintu tapi sayang lantai yang licin membuat Maya kehilangan kendali dan jatuh hingga kepalanya membentur lantai. Tapi untungnya tangan Maya yang reflek langsung digunakannya menjadi bantalan sehingga tidak menyebabkan kepalanya langsung dengan kerasnya lantai toilet.

            Diam-diam Fika menyaksikan hal itu dengan senyum penuh kemenangan atas yang terjadi pada Maya lalu berlalu menuju ke kelas dan mengambil buku absen sambil bergumam “Rasakan kau! Siapa suruh kau bersaing dengan ku?! Dasar perempuan pengganggu!” masih tersenyum kemenangan hingga seseorang dari balik pintu memanggilnya “Fika, kau belum pulang ya?” Tanya orang itu “Iya nih, Ris. Aku mau ngambil absen dulu. Paling bentar lagi pulang. Kamu juga belum pulang, emang ada acara apa sih?” Tanya Fika balik “Oh… nggak, tadi aku dicariin Bu guru jadi ke kantor dulu ini baru mau pulang!” sahut Riski sambil berjalan kearah bangkunya dan mengambil tas lalu berlalu pergi begitu juga dengan Fika yang langsung berjalan menuju ke Sanggar dan ternyata disana Pak Guru telah datang. Begitu juga dengan gadis yang tadi baru saja dia kerjain siapa lagi kalau bukan Maya yang tubuhnya sudah terbungkus handuk untuk mengeringkan bajunya yang basah.

            Baru saja sampai Fika langsung dimarahi “FIKA!!! Kemana saja kau? Hah!! Karena kelalaian mu, Maya jadi korban! Nih lihat!” bentak Pak Guru sambil menarik tangan Rafika menuju kearah Maya yang sedang kedinginan “Bisa nggak sih jadi ketua?!!? Hah!!! Cuma ngurusin 15 anak saja, kau tidak bisa! Harusnya Maya yang jadi ketua bukan kau, PAHAM?!?!” bentak Pak Guru lagi-lagi dan itu membuat Maya menatap Fika dengan tatapan kasihan lalu menarik tangan Pak Guru dengan cepat raut wajah serius Pak Guru berubah menjadi cemas “Ada apa, Maya? Ada yang ingin  kau bicarakan?” Tanya Pak Guru “Iya, Pak. Saya tidak sengaja, Toh Fika juga nggak tau masalahnya. Jadi jangan salahkan Fika, Pak! Fika tidak salah!” jawab Maya lalu dengan cepat menggenggam tangan Fika lalu meminta maaf karena Maya, Fika jadi di marahi oleh Pak Guru.

            Setelah kejadian itu Pak Guru menjadi lebih memihak Maya dibandingkan dengan Rafika yang jauh lebih dulu menjadi anggota Club Dance.

Dasar Perempuan Munafik!!!

Kau hanya seperti ini bila di depan orang lain!!!

Akan kubuat kau menyesal, telah bermain bersama ku!!!

            Rafika sering melihat Maya yang sedang latihan untuk persiapan lomba, tapi menurutnya Maya tidak pantas karena Maya tidak serius dengan latihannya bahkan dia baru latihan 30 menit saja sudah istirahat sedangkan dia bisa latihan selama se-jam lebih untuk persiapan pemilihan perwakilan lomba tapi malah Maya yang terpilih.

            Perasaan itu makin besar karena Maya meminta Fika untuk mengajarinya sekaligus menemaninya latihan “Jadi, kau mau menemaniku latihan sebelum lomba ‘kan?” Tanya Maya pada Fika “Tentu saja, kan hebat bisa mengajari sekaligus menemani perwakilan sekolah untuk Lomba Dance” sahut Fika dengan ramah disertai senyum manis yang dibalas senyum oleh Maya.

Tapi satu hal yang tidak di sadari Maya adalah dibalik senyumannya Fika sedang merencanakan bagaimana cara ia membalaskan rasa sakitnya, juga rasa iri-nya pada Maya yang telah menumpuk dari awal pertemuan mereka.

Fika dan Maya pun mulai sering latihan bersama dan Fika tidak henti-hentinya mencoba mencelakai Maya “Maya, ayo anterin aku keperpustakaan, aku mau ngembaliin buku nih!” ajak Fika “Ayo, aku juga lagi bosan nih!” sahut Maya mengiyakan permintaan Fika. Mereka berjalan menuju ke perpustakaan setelah masuk Fika berkata “Kau lihat-lihat saja dulu! Aku mau mencatat buku yang akan ku kembalikan.” “hmm..,”balas Maya mengiyakan sambil melihat-lihat judul-judul yang tersusun rapih di rak-rak perpustakaan.

Tanpa ada yang melihat Fika mendorong salah satu rak yang diatasnya terdapat tumpukan kardus dan langsung menimpa Maya yang ada dibawahnya. Anak-anak yang melihat kardus itu menimpa Maya langsung berlari menolng dan membawa Maya ke UKS sekolah sedangkan Fika berakting seperti orang syok dan bersalah di depan semua orang.

“Maya, bangun! Kau kenapa? Maafkan aku, harusnya tadi aku tidak memintamu untuk menemaniku!”

Tapi ternyata kondisi Maya baik-baik saja dan membuat Fika makin membencinya dan berpikir lagi untuk menyikirkan Maya dengan cepat sebelum lomba Dance dilaksanakan minggu depan karena ia tidak mau melihat Maya yang harus maju mewakili sekolahnya bukannya Fika.

3 hari tepat sebelum perlombaan Maya dan Fika berlatih untuk mematangkan gerakan yang nanti akan ditampilkan saat pentas dan saat itu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan sekolah sudah sepi tinggal Maya dan Fika yang sedang berlatih di sangar tari mereka “Maya, sudah sore nih, kita pulang yuk!” ajak Fika dan dibalas anggukan oleh Maya.

Mereka berjalan menuju ke kelas masing-masing, kelas Fika berada di lantai bawah sedangkan Maya berada di lantai atas “Aku duluan ya!” sahut Fika pada Maya “Iya, hati-hati Fika.” balas Maya lalu naik ke atas tangga menuju ke kelasnya.

Satu hal yang tidak di sadari oleh Maya adalah Fika yang bilang-nya akan pulang sebenarnya punya niat lain yaitu menyikirkan dirinya. Fika yang melihat Maya telah menghilang dari tangga langsung dengan cepat menumpahkan sebotol sabun lantai yang ada di depan kelasnya.

“Sekarang rasakan balasan ku, Gadis Sombong. Siapa yang menyuruhmu untuk bermain-main dengan ku? ” gumam Fika lalu langsung pergi meninggalkan Maya dengan tangga yang sekarang telah sepenuhnya terbungkus oleh sabun itu.

Maya turun melalui tangga itu dengan terburu dan langsung terpeleset “AAAAA!!!!!” teriak Maya karena terpeleset dari tangga dan berguling-guling hingga jatuh ke lantai dasar lalu kepalanya membentur anak tangga beberapa kali dan pada akhirnya membentur lantai keramik putih, seketika itu juga keramik putih itu penuh dengan cairan berwarna merah pekat yang berasal dari kepala Maya.

Di rumah Sakit…

Para dokter dan suster sedang terburu-buru masuk ke ruang UGD karena ada pasien yang mengalami pendarahan hebat pada kepalanya sedangkan di depan ruang UGD duduk seorang cowok yang sedang menenangkan seorang wanita paruh baya yang sedang menangis dengan hebat “Ibu, tenanglah! Bukankah Maya anak yang kuat? Dia pasti bisa melalui semua ini, bu!” ucap Cowok itu pada wanita itu “Semoga saja!” sahut wanita itu dengan isaknya.

Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya operasi telah selesai, lampu pada ruang operasi telah padam yang menandakan bahwa operasi telah selesai dan seorang dokter berjalan keluar dari ruang operasi dengan terburu-buru wanita tadi di bantu dengan cowok itu langsung menghampiri dokter dan langsung bertanya “Dok, bagaimana keadaan putri saya? Apa baik-baik saja?” “Tenang bu, kami sudah berusaha semampu kami dan operasi anak ibu berjalan dengan baik dan sukses” sahut dokter.

“Syukurlah, kalau begitu kapan kami bisa mengunjunginya?” Tanya Cowok itu pada dokter “Kalian dapat mengunjunginya besok tapi..” ucap dokter menggantungkan kalimatnya “Tapia pa dok?” Tanya wanita itu “Tapi anak ibu mengalami kasus koma untuk sementara dia tidak akan sadarkan diri” sahut Dokter yang berhasil membuat wanita itu pingsan seketika itu juga.

Cowok yang sigap itu langsung membawa wanita itu ke ruang pertolongan yang ada setelah diberikan obat penenang cowok itu di izinkan masuk lalu dengan langkah terhuyung-huyung duduk disamping ranjang wanita yang sekarang tengah terlelap itu, menggenggam tangannya lalu tanpa disadari bulir-bulir bening turun dari matanya dan pandangan yang sendu itu berubah menjadi pandangan tajam dan dingin, Cowok itu berkata

Orang yang telah menyakiti kalian,

Akan ku pastikan dia mengalami yang lebih buruk dari pada ini.

Itu janji ku…

Fika sudah mendengar dari banyak siswa tentang perihal Maya yang masuk rumah sakit dan kemungkinan tidak dapat mengikuti lomba dance mewakili sekolah. Tapi Fika berpura-pura tidak tau dan berakting sangat khawatir ketika Pak guru memanggilnya untuk berkumpul ke sangar tari seperti biasanya.

“Fika, kau tau kenapa kau dipanggil?” Tanya pak guru “Tidak pak, tapi saya boleh bertanya bagaimana keadaan Maya? Apa baik-baik saja? Lukanya tidak parah ‘kan?” Tanya Fika “Dia mengalami koma akibat benturan keras di kepalanya” balas Pak guru “kalau begitu bagaimana dengan lomba Dance nya?” Tanya Fika lagi “Karena itulah Pak guru memanggilmu kemari. Karena kita tidak tau kapan Maya bangun, jadi sudah di putuskan kau akan mewakili sekolah untuk Lomba Dance itu.” Jawab Pak guru “Tapi, saya merasa tidak enak pada Maya, Pak” sahut Fika “Itu urusan saya, kamu fokus saja dengan latihan itu karena waktunya tinggal 2 hari lagi, paham?” Tanya pak guru “Paham, pak” jawab Fika lalu memulai pemanasan untuk latihan Dance untuk lomba itu.

Akhirnya kau mengerti kan?

Aku tidak suka dengan orang yang mengalahkan ku…

Sekarang nikmatilah tidur panjang mu…

Maya gadis berbakat nan bodoh…

Fika yang mengikuti lomba Dance itu memenangkan perlombaan itu dan mendapat banyak pujian dari semua orang tidak terkecuali dari para guru dan teman-teman nya. Ia sangat senang dengan pencapaiannya hingga mengadakan acara pesta yang mengundang semua orang yang sangat membantu ia mencapai kemenangan di lomba tersebut.

“Fika, acara perayaan kemenangan mu atas lomba Dance. Kapan sih?” Tanya Anggun “Oh, itu. Nanti malam dirumahku jam 7, jangan lupa ya?” jawab Fika “Wah, selamat ya Fika. Ku kira kau tidak akan mewakili sekolah karena adanya gadis yang bernama Maya itu.”sahut Ayi pada Fika. Mendengar hal itu membuat raut wajah Fika seketika itu berubah tapi dengan tenang Fika menjawab Ayi “Kau tau kan? Aku tidak suka dikalahkan dalam apapun”sahut Fika dengan senyum kemenangan.

Saat Malam…

Acara kemenangan itu berlangsung dengan meriah dan mewah banyak orang yang datang kesana mulai dari teman-teman biasa dan grup dancenya hingga para juri yang menilainya hadir dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya mencapai kemenangan itu. “Wah! Fika acaramu kali ini benar-benar mewah ya?” sahut Pipit “Jelaslah! Ini ‘kan keberhasilanku. Pasti akan kubuat semewah mungkin, benarkan?” balas Fika dengan senyum manis “Iya, sering-seringlah buat acara seperti ini dan ngundang kita semua ya?” tambah Ririn “Iya, kalian kan suka yang gratisan ‘kan?” balas Fika lalu tertawa bersama dengan yang lain.

Tibalah saat dimana diadakan battle Dance antara Fika dan tamu-tamu yang hadir, lawan Fika bisa siapa saja yang berminat untuk melawan bisa maju kedepan tapi dari 3 orang yang maju satu pun tidak ada yang bisa mengalahkan Fika dan membuat Fika bosan “Apakah acara ini tidak ada yang bisa mengalahkan ku?” eluh Fika bosan tapi ketika Fika berniat pergi, muncul lah seorang cowok yang menantangnya untuk battle Dance dengan Fika.

Dengan senang hati Fika menerima tantangan itu dan meladeni cowok itu tapi yang mengejutkan cowok itu berhasil mengalahkan Fika ketika battle Dance dan mendapat pujian dari banyak tamu yang hadir pada acara itu. Dengan senyum Fika menghampiri cowok itu dan bertanya “Siapa namamu? Ini pertama kalinya aku melihat mu.” “Aku Frans, iya aku baru pertama kali bertemu dengan mu” jawab Frans “Oh…Pantesan, kamu kesini dengan siapa?” Tanya Fika lagi “Aku dengan teman-teman Klub Dance ku” ucap Frans sambil menunjuk ke arah kumpulan anak-anak yang sedang menikmati hidangan sambil tertawa itu.

Acara perayaan itu pun selesai semua tamu telah pulang, tinggal beberapa saja yang masih ada di acara itu termasuk Fika dan Frans “Kamu mau pulang dengan siapa?” Tanya Frans pada Fika “Aku pulang sendiri lah.”jawab Fika “Gimana kalau aku anterin?” tawar Frans “Tidak perlu, aku bisa sendiri. Kau pulang saja!” sahut Fika “Baiklah! Aku tidak akan memaksa tapi aku boleh ‘kan berteman dengan Dancer terbaik seperti dirimu?” Tanya Frans dengan senyum “Aku dengan senang hati menerima teman seorang Dancer yang bisa mengalahkan diriku” sahut Fika dengan senyum yang manis pada Frans. Dan disini lah pertemanan mereka di mulai.

Fika secara tidak langsung mulai berteman dengan Frans, ditambah lagi Frans mulai sering menjemput Fika saat pulang sekolah. Fika juga merasa menyukai Frans yang sangat baik pada dirinya. Entah sebagai teman main atau pun lawan dalam Dance, tidak seperti orang lain yang selalu memaksanya, menyuruhnya atau bahkan memaksanya untuk melakukan semuanya.

Menjelang libur Long Weekend…

Hari ini adalah hari terakhir sebelum libur panjang selama 4 hari, Fika dan murid-murid lain tentu saja menunggu hal itu. Mereka membicarakan tentang rencana mereka untuk mengisi liburan mereka yang lumayan panjang itu. “Fika, kamu mau liburan kemana?” Tanya Endra “Nggak tau nih, belum ada rencana.” Jawab Fika lesu “Tumben banget. Biasanya kamu yang duluan bikin rencana sampai banyak sekali” tambah Pipit “Eh, kenapa kau tidak ajak si…, siapa ya namanya? Yang sering jemput kamu tuh! Duh, aku lupa!” sahut Ayu “FRANS” jawab Ririn pada Ayu “Iya, menurut ku bukan la hide yang buruk mengajaknya jalan-jalan. Toh kamu juga lagi PDKT dengan dia ‘kan?” tambah Ayi yang tiba-tiba datang. “Iya, bisa sih. Tapi siapa tau dia punya acara lain, gimana?” Tanya Fika “Yah…, dicoba aja dulu. Jangan pesimis gitu!” jawab Endra yang menjadi penghenti karena guru telah masuk ke kelas mereka.

Saat pulang sekolah…

Semua anak bersorak senang karena pelajaran hari ini akhirnya berakhir dan mereka juga senang karena libur panjang yang menanti mereka. Semua berjalan dengan cepat menuju ke gerbang sekolah begitu juga dengan Fika, tapi Fika melihat May yang sedang duduk di bangku panjang dan menghapirinya “May, kau tidak pulang? 4 hari kedepan kita libur, kau tidak punya rencana?” Tanya Fika “Rencana? Bukankah rencana mu sudah berhasil ya? Kau berbakat hanya saja tidak bisa bersabar dan menggunakan bakatmu untuk hal buruk dan sekarang kau akan menerima balasannya”sahut May lalu berdiri tapi tangannya ditahan oleh Fika “Apa maksudmu?” Tanya Fika tapi May tidak malah pergi meninggalkan Fika. Begitu sampai di depan gerbang di sana telah berdiri sosok yang selama ini menemaninya, Frans. Cowok yang mengalahkannya dalam tantangan Dance dan secara tidak sadar membuat dirinya tertarik pada cowok dengan kepribadian baik itu.

Fika berjalan menghampiri Frans dengan senyum dan Frans membalas dengan seulas senyum juga “Kau sudah datang?” Tanya Fika “Iya, hari ini ‘kan bebas”sahut Frans “Ehmm.., aku boleh nanya nggak?” Tanya Fika salah tingkah “Tentu saja. Kau boleh bertanya apapun.” Jawab Frans “Hmm…, liburan ini kau punya acara tidak?” Tanya Fika dengan hati-hati “Hmm… ada tuh. Emang kenapa?” jawab Frans santai “Ah nggak apa-apa. cuma nanya aja.” Sahut Fika “Oh..ya, aku lupa kau mau ikut nggak aku dan team Dance ku mau liburan di Villa ku di tepi pantai? Tapi kalau kau sudah punya acara aku nggak maksa” tawar Frans “Bener nih? Aku boleh ikut? Apa nggak ngganggu kalian?” Tanya Fika “Iya, lagi pula ‘kan kita bisa sekalian belajar bareng ‘kan?” tambah Frans “Iya juga sih, Baiklah. Kapan acaranya?” jawab Fika “Besok aku jemput gimana?” Tawar Frans “Tidak usah. Kau tunggu di Halte dekat rumah ku saja, gimana?” sahut Fika “Baiklah deal. Jam 9 pagi ya?”sahut Frans dan mendapat anggukan dari Fika

Keesokan paginya…

Fika sudah berangkat menuju ke Halte yang ada di dekat rumahnya dan di sana telah berdiri Frans yang menunggunya dengan senyum. Tanpa menunggu lama Frans dan Fika langsung pergi ke Villa yang maksud oleh Frans. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di Villa milik Frans itu, Villa yang bisa di bilang besar dan langsung menghadap kearah laut itu membuat Villa ini memiliki nuansa romanti yang sangat kental. Tapi sayangnya tempat Villa ini berdiri termasuk sepi dan jarang di lalui orang meski pemandangannya yang sangat cantik. “Frans! Kapan team mu akan datang?” Tanya Fika penasaran karena sekarang sudah jam 3 sore tapi belum ada tanda-tanda kedatangan orang lain selain mereka berdua “Oh.., mereka bilang mereka kena macet, setelah kita berangkat ada kecelakaan beruntun” sahut Frans “Wah, kalau begitu untung saja kita berangkat duluan ya?” balas Fika sambil melihat ke arah Frans dan dibalas dengan senyum oleh Frans.

Fika menuju ke kamar yang akan di pakainya untuk menginap selama 3 hari di Villa itu, setelah menaruh barang-barangnya. Dia langsung melihat-lihat kamarnya sepertinya kamar yang ia tempat adalah kamar khusus cewek karena warna biru laut yang mendominasi. Ketika asik melihat-lihat matanya secara tidak sengaja melihat sebuah album kecil yang bertuliskan “Kenangan ku” tanpa meminta izin Fika langsung membuka album itu, dia melihat Frans tertawa dan tersenyum dengan seorang wanita paruh baya dan ketika membuka Bagian akhir album itu dia melihat Frans dan seorang gadis yang sangat ia kenal, Maya.

Gadis yang ia buat masuk rumah sakit “Kau sedang apa?” Tanya Frans yang sontak membuat Fika kaget dan menyembunyikan album itu “Ah.., Itu…, Itu gunting kuku milik ku jatuh aku sedang mencarinya.” Sahut Fika mencoba menutupi kegugupannya saat ini. “Oh…, kalau sudah ke meja makan saja. Makanan sudah ku siapkan!” sahut Frans lalu pergi meninggalkan Fika. Fika langsung membereskan barang-barangnya dan membawa tasnya turun menuju ke pintu depan tapi saying ketika sampai di pintu depan, ternyata pintu itu terkunci “Kau mau kemana?” Tanya Frans dari belakang Fika lalu Fika berbalik “Aku mau pulang, tiba-tiba ibuku telepon dan bilang sakit. Jadi, aku harus pulang!” jawab Fika mencoba tenang “Hmm.., kau bohong. Bagaimana dia bisa telepon jika HP-mu saja ada disini?” Sahut Frans sambil menunjukkan HP Fika yang ada di tangannya.

Fika mencoba berlari tapi sayang tangan Frans berhasil menangkap gerakan Fika dan dengan sekali tamparan dari Frans sanggup membuat Fika pingsan dan tidak sadarkan diri. Frans membawa Fika ke ruang bawah tanah yang ada di Villa miliknya.

Dimana ini ?


Aku tidak bisa merasakan mulutku. Apa rahangku patah?


Aku tidak bisa bergerak. Kenapa aku diikat seperti ini di tiang?


Apa mau Si Frans itu pada ku sebenarnya?


Cowok brengsek!!!

Pintu terbuka lalu masuk lah seseorang yakni Frans, cowok yang mengurungnya disini “Wah, sahabatku akhinya bangun juga. Gimana tidurmu Nyenyak ‘kan?” Tanya Frans dengan senyum yang mengerikan yang baru di lihat oleh Fika “Apa mau mu?” Tanya Fika setelah berusaha cukup lama untuk berbicara “Mau ku ya? Ku rasa kau tau jawabannya dan aku tidak perlu menjelaskan lagi.” Jawab Frans “Aku tidak tau apa maksudmu. Jadi lepaskan aku brengsek!” bentak Fika “Wah, kau masih punya keberanian ya? Setelah ku tampar tadi ya!” sahut Frans lalu langsung memukul perut Fika dengan tangannya hingga berhasil membuat Fika mengeluarkan darah dari mulutnya. Setelah beberapa pukulan Frans layangkan pada Fika akhirnya ia berhenti “Sekarang kau tau apa kesalahanmu? HAH!!!” bentak Frans “hahahah… Mana ku tau? Kau yang gila, aku tidak pernah bersalah pada mu.” Balas Fika sambil meludahkan darah dari mulutnya.

“Baiklah! Kau yang memintanya.” Frans menuju pojok ruangan itu lalu mengambil sebuah benda dan ternyata benda itu adalah pemukul bisbol. Tanpa aba-aba Frans langsung melayangkan pemukul bisbol itu pada tubuh Fika dan seketika itu Fika menjerit.

AAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHH!!!


SSSSSSAAAAAKKKKKKIIIIIIIIITTTTTTTTTTT!!!


AAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHH!!!


AAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHH!!!

Frans memukuli Fika secara membabi buta tanpa melihat bahwa Fika sebenarnya telah pingsan sejak tadi lalu Frans menghentikan pukulannya dan pergi meninggalkan Fika dengan wajah dan tubuh yang sudah berdarah dan lebam akibat pukulan dari tongkat baseball-nya.

Frans makin lama, makin gila dalam hal menyiksa Fika. Entah sudah berapa hari berlalu tapi bagi Fika pagi dan malam sama saja karena dia terkurung dalam ruangan bawah tanah yang tidak ada sedikit pun cahaya dapat masuk kedalamnya. Berkali-kali ia mencoba untuk berteriak tapi percuma saja tidak ada yang mendengar, tubuhnya sudah tidak berbentuk lagi semuanya berisi lebam yang kebiruan begitu juga dengan wajahnya.

Lalu tiba-tiba masuk lah Frans “Kau tau apa kesalahanmu?” Tanya Frans setiap kali masuk ke dalam ruangan itu dan sekali lagi dengan tenaga yang masih tersisa Fika menjawab “Tidak, aku tidak tau!” lalu Frans mengeluarkan pisau kecil yang sepertinya sangat tajam dan memainkannya di depan muka Fika “Kau sangat suka menari’kan? Kau tidak suka dikalahkan, bagaimana kalau kau tidak bisa menari lagi?” ucap Frans dengan senyum mengerikan lalu dia berjongkok dan mengarahkan pisau nya pada urat belakang kaki Fika dengan cepat ia memotong kedua urat itu dan langsung membuat Fika menjerit dan menangis entah untuk keberapa kalinya.

AAAAAAAARRRRRRGGGGGGHHHHHH!!!!!!!

SSSSAAAAAAAAKKKKKKKIIIIIIIIITTTTTTTT!!!!!

BBBBBRRRRREEEENNNNGGGGSSSSEEEEEKKKK!!!!

APA MAU MU HAH!!!!!!

“Sudah kubilang, kau tau jawabannya. Dan sekarang kau harus merasakan yang dia rasakan!!!” ucap Frans dengan marah lalu menampar Fika yang membuat harus merelakan beberapa giginya terlepas dari tempatnya. Saat itu baru lah Fika sadar yang selama ini dimaksud oleh Frans dan foto yang temukan di kamar itu bukanlah kebetulan. “Iya, Gadis yang kau buat masuk rumah sakit itu adalah tunanganku, Maya.” Sahut Frans sambil menatap tajam kearah Fika “Begitu ya, tapi maaf bukan aku yang melakukannya” balas Fika “BERHENTILAH BERBOHONG!” bentak Frans marah “Kau bahkan tidak punya bukti ka…” ucap Fika terpotong karena dengan tiba-tiba terputar sebuah rekaman ketika ia mengerjai Maya saat di WC hingga saat Maya jatuh dari tangga.

“Ini bukti yang cukup untuk membuatku percaya.” Sangga Frans dengan senyum kemenangan sedangkan Fika langsung terdiam lalu ia teringat kata-kata yang di ucapkan oleh May sebelum libur.

“Kau berbakat hanya saja tidak bisa bersabar dan menggunakan bakatmu untuk hal buruk dan sekarang kau akan menerima balasannya”

“Aku minta maaf! Aku tidak tau dia akan masuk rumah sakit! Aku sungguh-sungguh minta maaf!!” ucap Fika sambil terisak-isak “Percuma! Maaf tidak akan mengembalikan Maya dan Ibunya seperti semula.” Kata Frans lalu bersiap melayangkan tongkat baseball ke tubuh Fika sebelum tubuh Fika terkena pukulan itu dia melihat seorang gadis yang melihat kearahnya sambil memegang bunga mawar.

Dan tiba-tiba dari pintu datang petugas kepolisian mereka menangkap dan membawa Frans pergi dan Fika dapat di selamatkan dan dibawa segera ke rumah sakit. Setelah kejadian yang mengerikan itu Fika tidak dapat menari lagi karena urat kaki dan patah tulang kakinya mengalami kerusakan parah bahkan untuk berjalan seperti normal itu tidak mungkin. Fika juga mengalami trauma parah hingga menjauhi tarian. Sedangkan Maya baru sadar dari koma nya yang panjang berubah menjadi sosok penari paling di cari.



THE END


Jangan terlalu tenggelam dalam tarian karena mungkin…
kau tidak akan pernah kembali lagi seperti semula…

Kisah yang menarik untuk bunga yang menarik...

Mawar biru bagi yang berusaha