Selasa, 14 Maret 2017

Cerpen Ketiga



Cerpen Ketiga
HUST!!! DIAM!!!

(SI NOMER ABSEN 11)

            Diam semua orang ingin bisa menjadi diam disaat-saat tertentu, tapi apa jadinya bila karena diam itu menimbulkan masalah yang tidak pernah diduga olehmu sebelumnya seperti sebuah kata “Diam itu emas, tapi jangan terlalu lama kau berdiam karena mungkin saja ketika kau berbicara itu sudah tidak ada artinya lagi”

            “Gara-gara kau!!! Aku selalu kena marah. Apa mau mu, HAH!!!” bentak seorang gadis pada gadis yang ada di depannya “Punya mulut nggak, HAH!! JAWAB !!!” bentaknya lagi sambil mencengkram kuat rahang gadis yang ada di depannya lalu mendorongnya hingga jatuh ke tanah lapang. “Aku menyesal kau adalah adikku dan seharusnya kau tidak pernah lahir!” sahut gadis itu dengan kejam lalu pergi meninggalkan lawan bicaranya yang masih terisak-isak.

            “Za, kau tidak apa-apa ‘kan? Kenapa Kakakmu seperti itu padamu?” ucap seseorang yang langsung berlari dan menolong Izza di sana. “Sudahlah! Ini sudah biasa.” Sahut Izza sambil menunjukkan senyumnya “Itu karena kau membiarkannya! Harusnya kau membalasnya tau” ucap orang itu dengan kesal “Itu tidak baik, dia juga kakak ku. Aku tidak mungkin membalasnya” sahut Izza dengan senyum “Karena dia kakakmu, harusnya dia itu mengerti dan berhenti.” Balas lagi “Apa kita akan terus berdebat tentang kakakku, Anisa?” Tanya Izza “Tentu tidak” sahut Anisa lalu menarik Izza untuk masuk ke dalam kelas.

           Setelah itu mereka masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Tidak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi saatnya semua siswa pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Izza dan Anisah yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah “Kau mau pulang dengan ku ?” tawar Anisah “Tidak, terima kasih aku mau pulang sendiri saja” jawab Izza “Apa kau yakin?”kata Anisah “Tentu, saja. Memangnya aku mau pulang dengan siapa lagi, huh?” Tanya Izza balik “Siapa tau kau mau menunggu kakakmu yang jahat itu.”sahut Anisah ketus “HUST!!! Jangan ngomongi orang dosa tau. Kau pulang sana!” balas Izza “Iya, ceritanya aku diusir nih” Tanya anisah “Tidak. Bukan begitu kau tidak mau pulang ya? Kalo begitu nginep saja disekolah” balas Izza lalu berjalan pergi menuju gerbang mendahului Anisah.

            Anisah pulang dan tinggallah Izza sendiri di sekolahnya menunggu kakak yang ia sayangi. Setelah menunggu selama 2 jam kakaknya keluar dari sekolah ia bermaksud menghampiri kakaknya tapi Kakaknya menatap dirinya seakan tidak ingin Izza mendekat pada dirinya. Dengan angkuh Kakaknya berjalan melewatinya seakan-akan tidak mengenalnya. Bukan baru pertama kalinya Izza di perlakukan seperti itu, sebelum-sebelumnya juga Izza sering mengalami hal itu.

            Izza pulang dengan berjalan perlahan, melewati gang sempit dan kecil. Ternyata disana telah ada sekelompok anak geng yang menghadangnya, dengan tidak sabaran langsung menjambak dan menarik rambut Izza. Lalu mengerjai izza hingga jatuh tersungkur ke tanah, tapi tidak semua anggota itu mengerjainya ada seorang gadis yang tidak ikut mengerjainya. Gadis itu membelakangi izza membuat muka gadis itu tidak terlihat, tapi izza bisa mendengar suara tawa puas dari sang gadis.

            Mereka berhenti karena seseorang berteriak meminta tolong dan geng itu pergi meninggalkan izza “Izza, kau tidak apa-apa kan?”Tanya orang itu yang tidak lain adalah Anisah temannya. “aku tidak apa-apa kok” jawab Izza dengan senyum “Tidak apa-apa gimana?!” bentak Anisah “Lihat! kau terluka tau, kenapa kau tidak minta tolong?!” tambah Anisah kesal “Sudahlah! Aku baik-baik saja kok, malam ini boleh aku menginap di rumahmu?” Tanya Izza “Kau ini! Kalau seperti ini pasti langsung bersembunyi di rumah ku. Kenapa kau tidak pulang saja? Biar orangtua mu tau.” Jawab Anisah “AYOLAH….! Kumohon sekali saja” Izza membujuk Anisah “Baiklah, kau boleh menginap di rumah ku. Ayo kita pulang” ucap Anisah sambil membopong Izza ke rumahnya.

            Di rumah Izza…

            Kakaknya Izza tengah tiduran dikamarnya, sambil berpikir “Apakah Dia pingsan atau mati? Padahal tadi seru tapi ada pengganggu..,Cih!!” dengan kesal “Bagaimana aku melakukannya lagi ya?” gumam Kakak Izza. “Kakak! Izza nginep di rumah temennya, jadi malam ini kamu masak sendiri ya?” sahut Ibu dari bawah membuat kakak izza terkejut bukan main. “Dasar! Adik nggak tau diuntung! Kenapa kau suka sekali nginep sih!!!” ucapnya dengan marah sambil turun ke bawah.

            Besoknya Izza berangkat sekolah bersama dengan Anisah. Tapi kakak izza telah menunggu dengan cepat Izza berhenti “Anisah, kamu duluan ke kelas aku mau beli pulpen dulu ya?” ucap Izza “Baiklah, cepat ya. Sebelum masuk!” sahut Anisah meninggalkan Izza sendiri. Dengan berani Izza melangkahkan kakinya menuju ke arah Kakaknya.

            “Selamat pagi kakak”ucap Izza “Jangan sok baik begitu. Kau tau! gara-gara kau, aku harus memasak sendiri.”sahut Kakak Izza dengan kesal “Maafkan aku Kak! Aku benar-benar tidak sengaja. Aku tidak berpikir sampai sana.”ucap Izza menyesal “Tutup mulut mu!!! Aku benar-benar muak dengan mu!!!” ucap Kakak Izza marah dan langsung menampar Izza hingga terjatuh ke tanah.

            Kakak Izza berlalu meninggalkan Izza yang masih terduduk di tanah sambil menangis menahan rasa sakit dan perih di hati dan tubuhnya. Akibat ulah Kakaknya tapi Izza selalu memaafkan Kakaknya apapun yang terjadi atau apapun yang dilakukan Kakaknya pada dirinya. Dengan lemas Izza berdiri dan berjalan menuju kearah UKS, dia merasa sangat lemas setelah kejadian tadi dan memilih beristirahat saja dari pada memaksakan keadaannya saat ini.

            Tanpa sadar Izza terlelap tidur dan kaget bangun karena seseorang membangunkannya dan ternyata orang itu adalah Mayline. Salah satu sahabat dekatnya saat berada di kelas “May, kenapa kamu bisa disini? Kau tau dari mana bila aku sedang disini?” Tanya Izza terkejut “Kau terlalu suka membiarkan masalah dan memilih diam, semua yang terjadi sekarang adalah akibat dari pilihan mu untuk tetap diam.” Jawab Mayline lalu pergi dari UKS, ucapan dari Mayline membuat Izza bingung tapi Izza memilih untuk tidak memikirkannya sama sekali.

             "Anisah! aku memiliki sesuatu untuk mu!" sahut Seseorang yang berjalan mendekati Anisah sambil menunjukkan sesuatu dari HP yang dia bawa "Kau tau ini 'kan?" ucap orang itu membuat Anisah mengangga karena melihat rekaman itu "Dasar!!! Kurang Ajar!!! Dia benar-benar keterlaluan sekali!!!" ucap Anisah marah setelah melihat video itu, sedangkan orang yang menunjukkan video itu sedang tersenyum kemenangan atas yang dia lakukan.

            Tidak disangka ini merupakan minggu terakhir sebelum libur sekolah. Semua orang merencanakan untuk pergi berwisata atau sebagainya tapi sayang saat ini Izza dan Kakaknya tidak dapat berwisata atau liburan karena Ibu dan Ayahnya sedang mendapat pekerjaan diluar kota sehingga mereka hanya akan mengabiskan liburan di rumah saja.

            “Za, liburan ini kau mau kemana?” Tanya Ika “Entahlah. Sepertinya liburan ini aku akan tetap dirumah karena orang tua ku memiliki tugas di luar kota.” Sahut Izza dengan senyum “Sayang sekali ya? Ku kira kau akan liburan lagi” sahut Ayi. Lalu guru masuk membuat semua murid kembali ke tempatnya masing-masing.

            Saat Pulang sekolah, Izza berjalan dengan Anisah menuju rumah Izza “Za, kau punya rencana liburan nggak?” Tanya Anisah “Nggak kayaknya aku akan tinggal di rumah saja”jawab Izza “Bagaimana kalau kau datang ke rumah ku saja lusa. Aku mau mengadakan pesta kecil-kecilan untuk memperingati kita sudah jadi sahabat lama, gimana ?” tawar Anisah “Tentu saja aku pasti datang” sahut Izza dengan senang “Baiklah ku tunggu ya!” balas Anisah “Oke” ucap Izza.

            Pada hari yang di janjikan Izza mampir ke rumah Anisah tapi tidak seperti biasa rumah Anisah terbuka tidak terkunci. Izza berpikir bahwa Anisah luka mengunci pintu rumahnya saja lalu masuk ke dalam menunggu Anisah di ruang tamunya. Tanpa lama Anisah datang dan berkata “Ayo kita makan dulu setelah itu hadiah mu akan datang, oke?” dengan senyum “Baiklah kebetulan aku belum sarapan. Kita mau makan apa?” Tanya Izza dengan riang “Makanan kesukaan mu” jawab Anisah singkat.

            Saat di meja makan mereka berdua mengobrol banyak hal dengan penuh canda tawa kebahagian “Za, apa hal yang paling berat dalam hidupmu?” Tanya Anisah “Mungkin, Kakakku yang jahat padaku”sahut Izza asal “Apa kau akan senang jika Kakak mu hilang?” Tanya Anisah “Sudahlah! Pertanyaan ini makin tidak masuk akal” ucap Izza dengan senyum dan dibalas dengan senyuman oleh Anisah.

            Setelah selesai makan Anisah mengajak Izza menuju lantai bawah rumah Anisah “Kita mau kemana? Kita tidak pernah kemari sebelumnya.” Tanya Izza “Iya, kita akan menemui hadiah mu.” Jawab Anisah “Hadiah? Hadiah ku?” Tanya Izza “Iya, ayo cepatlah. Kau pasti suka” sahut Anisah dengan senyum begitu juga dengan Izza yang sangat bersemangat dengan hadiahnya.

Izza dengan cepat membuka pintu yang ada di depannya dengan penuh senyum, awalnya dia mendapati sosok seperti manusia tengah duduk di kursi tapi Izza tidak yakin karena saat itu suasana yang tidak terlalu terang tapi dengan cepat Anisah menyalakan lampu dan dugaan Izza benar. Itu adalah seorang manusia yang tengah terikat dengan banyak darah yang keluar dari tubuhnya. Senyum Izza pun luntur seketika melihat wajah dari orang itu adalah Kakaknya sendiri.

Izza tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. di depannya, Kakaknya tangah terikat dengan mengerluarkan banyak darah. Setelah mengingat kalau sebelum Izza main ke rumah Anisah dia tidak bertemu dengan Kakaknya, tapi saat itu Izza berpikir bahwa Kakaknya mungkin masih tidur karena ini hari libur.

“Bagaimana kau suka dengan hadiah ku ‘kan?” Tanya Anisah membuyarkan pikiran Izza “Apa yang Kau lakukan?” Tanya Izza sedih “Aku hanya membantu mu mewujudkan mimpi mu saja, tidak lebih.” Jawab Anisah tenang “Tapi dia masih Kakak ku, Kau tidak boleh menyakitinya” bantah Izza.

 “Tidak boleh menyakitinya? Tapi dia boleh menyakitimu, peraturan dari mana itu, huh?” ucap Anisah kesal “Aku tidak keberatan dengan hal  itu.” Jawab Izza sendu “Kalau dia Kakak mu seharusnya dia menyayangi mu bukan malah menyiksamu, kau tau?!” bentak Anisah “Aku bilang aku tidak peduli ! Dia tidak pernah menyiksa ku dengan sengaja.” Sahut Izza yang menjadi marah “Oh ya? Tidak sengaja? Bagaimana dengan video ini?” Tanya Anisah langsung memutarkan sebuah video. Dimana saat Izza di serang oleh sekumpulan geng wanita dan ternyata pemimpin geng itu adalah Kakaknya sendiri.

“Kau bohong! Kakak tidak mungkin melakukan hal itu!” Teriak Izza tidak percaya “Tanyakan saja padanya” ucap Anisah mendekati Kakak Izza sambil membawa pisau yang sangat tajam “Kau sengaja melakukannya ‘kan?” Tanya Anisah dengan tenang tapi penuh penekanan “Iya, aku sengaja melakukan agar kau cepat pergi dari kehidupan ku…”ucap Kakak Izza masih berlanjut “Diamlah!!” ucap Anisah menyuruh Kakak Izza untuk berhenti tapi Kakak Izza menolak dan masih melanjutkanya “Kau pembawa sial!” kata Kakak Izza “Diam!” kata Anisah “Kau sampah dan perusak hidup ku” teriak Kakak Izza dan langsung mendapat tusukan dari Anisah dengan sadisnya.

 “Cukup hentikan! Hentikan sekarang juga!” teriak Izza dengan tidak sadar Izza mendorong Anisah hingga terjatuh dan mengambil pisau itu. Izza menancapkan pisau itu berulang pada tubuh Anisah hingga baju miliknya penuh dengan bercak darah milik Anisah. Izza melepaskan pisau itu dengan tangan yang bergetar hebat lari menuju kearah Kakaknya yang sudah tidak bernyawa lagi. Saat itu Izza menangis sejadi-jadinya karena semua orang mati didepannya.

Semua orang di sekolah mengetahuinya hingga membully-nya dengan menyebutnya sebagai pembunuh sadis yang membunuh Kakak serta sahabatnya sendiri karena itu Izza menjadi lebih pemurung dari pada sebelumnya, Izza memilih melakukan homeschooling. Tapi rasa depresi dan stress membuat Izza tidak dapat melihat semua secara jelas yang Izza pikirkan hanyalah kematian, Izza terus bermimpi tentang Anisah yang datang dan berkata “Kenapa kau melakukan ini? Bukankan kita sahabat? Kenapa kau berkhianat?” dengan muka yang sangat sedih. Izza mulai mengonsumsi obat-obatan hingga pada puncaknya Izza memutuskan untuk melakukan bunuh diri.

Izza masuk keruang kerja ayahnya, membuka laci meja ayahnya dan mengambil sebuah benda yang terbungkus oleh kain putih. Dan tidak pernah satu kali pun terlintas dibenak Izza untuk memakainya. Setelah kain itu dibuka ternyata benda itu adalah pistol milik ayahnya, memang tidak pernah di pakai tapi isinya benar-benar asli. Izza memasukan isi peluru ke dalam pistol itu dan mengarahkan tepat di kepalanya saat itu dia teringat kata-kata yang di ucapkan oleh Mayline saat berada di UKS “Kau terlalu suka membiarkan masalah dan memilih diam, semua yang terjadi sekarang adalah akibat dari pilihan mu untuk tetap diam.” “Aku tau sekarang apa maksudmu. Tapi tetap saja, aku tidak bisa!” ucap Izza lalu menarik pelatuknya “DORR!!”

Sebelum Izza menutup matanya dia melihat seorang gadis berbaju hitam yang melemparkan kelopak mawar padanya dengan senyum dingin dan setelah itu semuanya menjadi gelap. Besoknya mayat Izza di temukan membuat orangtua Izza dan seluruh sekolah gempar atas hal itu.

Diam itu emas, tapi jangan terlalu lama kau berdiam karena…

Mungkin saja ketika kau berbicara itu…

 Sudah tidak ada artinya lagi…