Kematian Si Pemain Hati
(SI NOMER ABSEN 15)
Karya : The Red Rose
“Berhati-hatilah dengan hati karena
bermain dengan hati akan membuat orang lain terluka bahkan bisa berakhir dengan
diri sendiri yang terluka” Begitulah kata pepatah yang selama ini berkembang di
masyarakat. Mungkin itu benar, akan kuberitahu sebuah cerita tentang hal itu.
“Sudahlah! Aku tidak percaya dengan
hal itu!” sahut seorang gadis yang sedang duduk mengobrol bersama teman-teman
perempuannya “Hei, Maye ! Hati-hati loh,
itu bisa saja benar, nanti kamu kena batu-nya!” sahut Pipit “Kalau itu benar! Sekarang aku tidak akan
berada disini, bukan?” sahut gadis yang di panggil Maye “Ah..,Benar! Kemarin ku
dengar kau putus dengan pacar mu yang baru satu minggu. Itu benar nggak sih?” Tanya
Ririn.
Maye berdiri dari bangku lalu
mengambil tasnya dan berkata “Iya, aku sudah putus karena dia membosankan!”
“Wah … Kau benar-benar hebat!” sahut teman-temannya memuji “Sudahlah aku pulang
dulu! Kalian mau lanjut silakan!” ucap Maye berjalan keluar dari kelas “Kau
sudah di jemput ya? “ teriak Ayu dari dalam tapi Maye tidak menjawabnya malah
terus berjalan dengan senyum penuh arti.
Di Depan Rumah Maye…
“Lama? Maaf ? Kau kira berapa lama
aku menunggu mu?!” bentak Maye pada seorang laki-laki di depannya “Maaf Sayang!
Aku benar-benar minta maaf, tadi aku pulang agak telat karena tugas dari guru
!” ucap Laki-laki itu meminta maaf
“Sudah cukup! Kau pulang, aku mau masuk !” sahut Maye meninggalkan
laki-laki itu di luar dan menutup pintu gerbang rumahnya.
“Dia
pikir dia apa?! Orang penting ?! Aku bahkan bisa memilih cowo lain jika aku mau
tapi dia menyia-yiakan aku!” Gumam Maye kesal karena pacarnya yang tidak
lain Bagas telat menjemputnya.
Semalaman Bagas mencoba menelpon dan
mengirimi pesan pada Maye tapi sayangnya tidak diangkat maupun mendapat balasan
dari Maye. Setelah bangun dari tidur, Maye mengecek Hp dan benar saja sudah
terdapat 15 panggilan tidak terjawab dan 35 pesan masuk yang berisi “Sayang,
aku minta maaf. Tolong kamu bales ya?”
“Kamu sudah makan belum? Jangan marah lagi ya?” “Tadi aku benar-benar dapat
tugas dari guru makanya telah jemput kamu di sekolah. Maafin aku ya?” dan masih
banyak lagi yang intinya kurang lebih sama yaitu “Memohon Maaf” tapi bukannya
membalas atau menelpon balik Bagas, Maye malah menghapus semua pesan itu dan
semua panggilan tidak terjawab itu tanpa perasaan menyesal sama sekali, malah
bergumam “Rasain tuh! Siapa yang suruh telat jemput aku?!”
Maye berangkat sekolah seperti
biasanya tapi kali ini tidak diantar oleh Bagas pacarnya. Begitu sampai di
dalam kelas seperti biasanya kelas dalam keadaan berisik, karena ternyata
banyak yang belum mengerjakan Pr yang akan dikumpulkan begitu juga dengan Maye
dan akhirnya aksi menyalin PR dari buku teman menjadi pilihan terbaik bagi
semua murid yang ada.
Bel sekolah berbunyi yang menandakan
waktu pelajaran berakhir yang menjadi kesenangan bagi semua pelajar dimana pun
itu, begitu juga dengan Maye yang tidak sabar ingin segera pulang dan tidur
untuk kecantikannya.
Dengan langkah-langkah kecil Maye
berjalan dengan Endra menuju ke gerbang sekolah, tapi dengan tiba-tiba Maye
menghentikan langkahnya karena melihat Bagas yang telah berdiri di depan pintu
gerbang sekolah menanti dirinya. Tapi bukannya menyapa Maye malah seolah tidak
melikat kehadiran Bagas hingga akhirnya Bagas menarik tangan Maye.
“Kau mau apa?” Tanya Maye kesal “Aku
mau menjemputmu, sayang !” jawab Bagas dengan lembut dan hangat “Tidak perlu!
Aku mau pulang sendiri” sahut Maye kesal “Aku sudah minta maaf soal kemarin,
jangan marah lagi ya?” pinta Bagas. Endra yang melihat hal itu berniat pergi
tapi tangannya di tahan oleh Maye “Aku mau mengerjakan tugas dulu jadi kau
pulanglah!” jawab Maye yang terkesan memerintah Bagas “Kalau begitu kapan
selesainya? Aku jemput ya?” Tanya Bagas peduli “AKU AKAN PULANG SENDIRI! KAU
PULANG SAJA!” Bentak Maye pada Bagas lalu menarik Endra untuk pergi dari sana
sedangkan Bagas hanya bisa mengacak-acak rambutnya saja.
Sambil menunggu angkutan Maye dan
Endra, mereka mengobrol-obrol santai “Maye, tadi itu siapa?” Tanya Endra “Oh…
Dia! Pacar ku dan calon mantan ku!” jawab Maye ringan “Hah! Kok bisa begitu?
Calon Mantan? Maksudnya?” Tanya Endra penasaran “Iya, kemarin dia telat jemput
aku selama 1 jam, dan itu membuat aku ingin putus dari nya” balas Maye dengan
senyum “Heh! Cuma karena itu?”Tanya Endra tidak percaya “Iya” jawab Maye
singkat “Apa kau tidak berlebihan? Kau ‘kan baru jadian minggu ini, dan lagi
Bagas menurutku lebih baik dari pada pacarmu sebelumnya yang ternyata seorang
playboy ‘kan?” Jelas Endra pada Maye “Tidaklah! Menurut ku, dia pantas di
putusin karena terlalu protektif dengan ku!” bela Maye singkat.
Tidak di sangka angkutan yang akan
ditumpangi oleh Endra telah sampai “Ya sudah! Aku pulang ya?” ucap Endra “Iya,
hati-hati” balas Maye dengan senyum. Sebenarnya tadi siang Maye dan Endra tidak
mengerjakan tugas hanya bermain saja sambil mengobrol di rumah Maye untuk
menghindari Bagas yang akan mengikutinya jika ia bermain kerumah temannya
dengan alasan untuk menjaga Maye.
Saat masuk ke dalam kamar lagi-lagi
hp Maye berbunyi dan bisa ditebak bahwa yang sedang mencoba menghubunginya
adalah Bagas. Dan Maye malas sekali untuk menjawab panggilan dan pesan dari
Bagas akhirnya ia mengambil Hp-nya dan mematikannya. “Dasar cowok menyedihkan!
Hahahah” gumam Maye lalu tertawa.
Pagi Hari di sekolah....
Semua orang sedang sibuk
membicarakan kasus pembunuhan seorang gadis oleh mantannya “Maye, kau sudah
dengar belum? Itu anak dari sekolah tetangga katanya meninggal karena dibunuh
mantannya loh!” ucap Pipit menjelaskan dengan heboh “Memangnya kenapa sih? Kok
bisa sampai dibunuh sih?” Tanya Maye “Katanya si cewenya itu mutusin dia tanpa
alasan makanya dibunuh gitu. Ih..., serem banget tau!”sahut Ayu “Maye hati-hati
loh! Soalnya kamu juga sering begitu ‘kan?” potong Ririn “IHK, aku tuh. Putus
karena udah nggak suka lagi tau!” bela Maye dan langsung duduk di tempat nya
karena guru sudah masuk ke kelas.
Sudah beberapa hari Maye selalu
menghindari Bagas pacarnya dan jika bertemu Maye selalu membuat banyak alasan
yang tidak masuk akal mulai dari mau pergi belajar ke rumah teman hingga ada
les tambahan di sekolah dan Bagas selalu mengerti dan tidak mempermasalahkan
itu, bahkan hampir tidak pernah marah tapi dengan sabar menanggani sikap yang
dilakukan oleh Maye padanya belakangan ini.
Tapi semua itu salah, padahal Maye
sangat menginginkan Bagas marah dan pergi darinya tapi hal itu tidak kunjung
terjadi. Maye sangat Frustasi dengan hal itu.
Bagaimana bisa dia tidak marah padaku?
Padahal hal ini bisa menjadi alasan
agar aku bisa putus darinya!
Apa aku harus jalan dengan cowok lain
dulu?
Dia itu baik apa terlalu bodoh sih ?
Pikiran
Maye berdebat keras untuk memutuskan bagaimana cara menghadapi Bagas yang
menurutnya terlalu baik dan memuakkan juga tidak menarik lagi sama sekali.
Padahal dulu dia sangat tertarik dengan Bagas karena sikap baiknya tapi
sekarang malah seperti ini.
Tiba
lah hari dimana Maye pulang dengan seorang temannya bukan teman perempuan
melainkan teman salah satu cowoknya dan Maye sengaja melakukan hal itu agar
Bagas melihat dan marah karena Maye juga sudah malas dengan Bagas. Dan jujur
saja Maye dengan sengaja meminta bantuan temannya itu dan temannya bersedia
menjadi pacar baru (bohongan).
Maye
dan temannya berjalan menuju pintu gerbang sekolah dan ternyata Bagas sudah menunggu seperti biasanya. Dan Maye
dengan cepat merangkul lengan temannya itu dan Bagas melihat hal itu membuat
senyum manis Bagas berubah menjadi senyum kecut.
Maye
sengaja menyapa Bagas dengan senyum “Hai sayang! Kau disini mau menjemput ku
ya? Tapi maaf ya karena aku akan pulang dengan pacarku ini ya!” ucap Maye
dengan senyum kemenangan yang sangat terlihat. Maye berbalik begitu juga dengan
temannya berniat meninggalkan Bagas tapi sebelum itu Bagas memanggil “Hei, Bro!
Hati-hati di jalan ya?!” ucapnya dengan dingin dan tatapan dingin. Maye yang
melihat hal ini hanya bisa menggidikkan bahunya dan buru-buru menarik temannya
pergi meninggalkan gerbang sekolah dan juga Bagas.
Beberapa Hari kemudian….
“Maye!” Panggil seorang cowo dari
jauh Maye berbalik dan tersenyum kemudian “Eh.., Fikri. Ada apa?” Tanya Maye
“Ah.., Nggak ! cuma mau tau aja, gimana cowok kamu yang kemarin itu? Dia masih
nggangguin kamu lagi?” sahut Fikri “Oh, kukira apa! Bagas udah nggak pernah
hubungin aku lagi!” balas Maye dengan tersenyum “Baguslah, aku ikut senang
mendengarnya!” ucap Fikri “Terima kasih Fikri waktu itu kamu mau bantuin aku!”
tambah Maye mereka berdua pun tertawa bersama.
Bagas sudah tidak pernah menghubungiku
dan aku rasa…
aku bisa berburu mangsa baru, yang
lebih baik…
Menyenangkannya…
Maye dan Fikri berpisah di gerbang
sekolah “Maye! Kau beneran nggak mau aku antar?” tawar Fikri “Iya, rumahmu dan
aku berbeda arah. Kau pulang saja, aku akan pulang sendiri!” jawab Maye dengan
senyumnya “Oke. Kau hati-hati di jalan ya?” ucap Fikri “Kau juga. Hati-hati!”
sahut Maye. Fikri pun pergi berlawanan dengan Maye.
Fikri berjalan di gang yang cukup
panjang dan sepi. Ini sudah biasa bagi Fikri karena setiap pulang sekolah pasti
ia harus melewati gang ini “Anak itu! Kapan dia akan berhenti bermain dengan
banyak cowok-cowok di luar sana dan selalu mendapatkan masalah.”Gumam Fikri
sambil tersenyum sendiri. Tapi tiba-tiba Fikri menghentikan langkahnya dan
senyumnya pudar menjadi serius dan berbalik lalu berkata “Apa mau mu?!
Sebaiknya kau pikir lagi kalau mencari masalah dengan ku!” dengan nada mengancam pada orang yang kini
berjalan mendekatinya dengan langkah santai yang terkesan pelan
“Halo Fikri ,lama tak berjumpa! Bagaimana
kabar mu, sehat-sehat saja kan?”Tanya seorang laki-laki dengan nada dingin yang
tidak lain Bagas pacar Maye “Apa mau mu Bagas?” Tanya Fikri dengan keras. “Sepertinya
pertanyaan mu kurang tepat dan mungkin kau sekarang tidak akan sehat-sehat saja,
Fikri”jawab Bagas dengan senyum ingin membunuh. “Apa maksu . . . .”ucapan Fikri
terpotong karena Bagas memukul kepala Fikri dengan besi.
Ibu ,ayah apa kah aku sudah mati?
Kenapa kapala ku sangat sakit ,dan
serasa tangan dan kaki ku di ikat?
“Apa kau sudah sadar Fikri? Apa aku
memukul mu terlalu keras ,ya? Maaf , ya ,tapi aku sengaja agar kau merasa’kan
betapa sakitnya hati ku saat aku melihat kalian jalan bersama?” ucap Bagas
dengan senyum mengerikan. Keadaan Fikri saat itu tidaklah bisa dikatakan baik
karena pukulan keras di kepalanya menyebabkan banyak darah yang keluar.
“Apa mau mu? Kau Tanya begitu kan?
Mau ku mudah saja, membuat mu merasakan apa yang kurasakan dan aku akan puas.” Jelas
Bagas dengan tertawa riangnya seperti menikmati perlakuannya sedangkan Fikri
hanya bisa meronta-ronta untuk melepaskan ikatannya. Tapi ikatan itu terlalu
kuat, perlahan tapi pasti Bagas mendekati Fikri dan menarik rambutnya lalu
hingga kulit rambut milik Fikri terkelupas dan mengeluarkan darah segar.
Tanpa peduli Bagas melanjutkan
aksinya dengan menyiram kaki Fikri dengan air panas yang baru mendidih “Kau mau
minum kopi? Ini silakan!” ucap Bagas ketika menyiram pada Fikri. Seakan belum
cukup tangan Fikri pun ikut disiram lalu dengan menggunakan pisau kecil Bagas
membuat tangan Fikri menjadi lukisan dari sayatan pisaunya.
Fikri tidak kuat hingga akhirnya
pingsan “HEY! Eh.., Kok lo tidur sih? Permainannya belum selesai tau!” Setelah
itu Fikri dibangunkan lagi dengan cara di siram air es oleh Bagas untuk kesekian kalinya “Huf..huf..huf, apa
lagi yang akan kau lakukan?” Tanya Fikri dengan lemas karena penyiksaan yang
dilakukan oleh Bagas. “Hmm…, Apa ya? Bagaimana kalau bermain lagi atau kau
ingin menyudahi permainan saja?” Tanya Bagas dengan Senyum mengerikannya “Bisa
kah kau menghentikan ini? Aku janji tidak akan pernah dekat-dekat dengan Maye
lagi!” bujuk Fikri dengan lemas dan hilang tenaganya.
“Baiklah, tapi juga harus berjanji
kalau masalah ini hanya ada diantara kita saja dan tidak ada yang boleh tau,
paham?” ucap Bagas “Baiklah.., aku berjanji!” balas Fikri dengan suara yang
terkesan bisik lalu pingsan.
Keesokan harinya…
Sekolah tengah digemparkan dengan
kabar bahwa Fikri telah di temukan penuh dengan luka bekas penyiksaan di
seluruh tubuhnya dan dikabarkan sedang koma
di rumah sakit.
“Maye
. . . .Maye …,Huf….huf….huf….,Maye!!”panggil seseorang dari belakang Maye yang
ternyata Ririn “Iya, ada apa Ririn?! Kaya di kejar setan aja!”ucap Maye sambil
akan memakan baksonya “Fikri masuk rumah sakit! Karena luka dikepala dan kulit
kaki, tangan nya yang melepuh,bagaimana dong Maye?!”jelas Ririn dengan khawatir.
Sedangkan Maye saat itu langsung terdiam.
Maye
terus saja diam hingga pulang sekolah dan setelah pulang langsung berkunjung ke
rumah sakit tempat Fikri di rawat. Maye dapat melihat dari luar di kaca ruangan
milik Fikri, sosok Fikri yang selalu ceria dan membantunya tengah terbaring di
dalam sana serta terhubung dengan alat-alat yang menurut Maye menyeramkan dan
berbau kematian itu. “Aku menyesal Fikri. Kenapa waktu itu aku tidak mengiyakan
permintaan mu untuk mengantarku pulang! “ Gumam Maye sambil terisak-isak. Dan tanpa
disadari oleh Maye seseorang sekarang tengah melihatnya dari jauh dengan
senyuman yang penuh arti.
Sudah
tiga bulan setelah insiden Fikri di temukan di pinggir jalan dengan luka bekas
penyiksaan yang parah itu tapi pelakunya sama sekali belum tertangkap dan di
tambah lagi Fikri mengaku bahwa dia tidak mengingat ciri-ciri pelaku dan
bagaimana kejadian itu. Semua telah terlupa dengan kejadian yang menyeramkan
itu, begitu juga dengan Maye tapi sikap Fikri berubah terhadap Maye dan
terkesan menjauhi Maye.
Dan
Maye sedang sibuk untuk mendapatkan perhatian dari salah satu Kakak kelasnya
yang dia sukai, karena Kakak kelas itu suka dengan ekstrakulikuler maka Maye
juga menjadi anggota yang aktif lagi demi bisa menarik perhatiannya.
Ketika
suatu sore Maye terpaksa pulang sore karena ekstranya mengadakan rapat dadakan
hingga Maye tidak bisa meminta untuk di jemput tapi dia tidak terlalu sedih karena
bisa melihat Kakak kelas yang ia sukai lebih lama. Rapat berakhir dan Maye
pulang bersama-sama dengan anggota lainnya lalu tiba-tiba Maye melihat salah
satu temannya dari kelasnya yang tidak lain adalah May
“Hey
May! Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak pulang ya?” Tanya Maye pada May
yang sedang menatapnya dengan pandangan yang cukup menakutkan “Kau tidak
apa-apa ‘kan May?”Tanya Maye lagi “Kau telah bersalah, kau menggunakan pesonamu
untuk membuat orang lain terluka dan sekarang kau akan terluka!” sahut May
sambil berjalan pergi meninggalkan Maye dengan rasa heran “Dasar Gadis Aneh!”
gumam Maye dan langsung menuju gebang tapi sayangnya arah rumah Maye dengan
anggota lainnya tidak sejalan akhirnya dia berjalan sendiri tapi langkahnya
terhenti karena di depannya telah berdiri Bagas menatapnya dengan lembut
seperti biasanya.
“Kenapa
kau kesini?”Tanya Maye “Aku mau menjemputmu! Ada yang ingin kubicarakan! Boleh ‘kan?”
jawab Bagas “Tentang apa?” Tanya Maye lagi “Tentang salah satu temanmu!” jawab
Bagas “Baiklah! Aku setuju tapi kita mampir beli minum dulu ya? Soalnya aku
kehausan habis ceramah nih!” sahut Maye “Tidak usah! Ini kebetulan tadi aku
beli minum, kau minum saja!” tawar Bagas sambil menyerahkan minumannya pada
Maye dan dengan cepat Maye meminum minuman dari Bagas itu.
“Terim…,
Kok kepala ku jadi pusing ya, Bagas?”Tanya Maye sambil memegangi kepalanya dan
semenit kemudian Maye tidak sadarkan diri dengan senyum penuh kemenangan Bagas
membawa Maye pergi.
Kok
aku merasa sangat pusing?
Kenapa
kaki dan tanganku terasa sangat sakit?
Dimana
sebenarnya aku? Kenapa diruangan yang gelap seperti ini?
Mata Maye terbuka dan mendapati
dirinya terikat di kursi dan mulut tertutup kain yang di ikat kuat hingga
membuatnya merasa mulutnya akan robek. Saat Maye meronta-ronta untuk melepaskan
ikatannya datanglah seorang cowok yang tidak lain Bagas dengan tersenyum
mengerikan “Halo Sayang! Kau sudah bangun rupanya, gimana tidurnya nyenyak ‘kan?”Tanya
Bagas dengan suara yang lembut tapi entah bagaimana Maye yang mendengarnya
membuat bulu kuduknya merinding ketakutan.
“Oh ya, aku lupa! mulutmu ‘kan aku
tutup. Bagaimana kau bisa bicara kalau seperti itu ya? Bodohnya aku!” sahut Bagas lalu beralih
kebelakang Maye dan melepaskan ikatan pada mulutnya. “Dasar Gila! Apa mau mu?!”
bentak Maye kesal pada Bagas “Duh, Sayangku kalau marah cantik ya?” ucap Bagas
tersenyum “Dasar Gila! Sudah kubilang aku putus darimu. Kenapa kau masih
mengganggu ku?!” bentak Maye sekali lagi “Tidak Sayang, Kita tidak putus dan kau
cantik dari dulu meski marah atau tidak!” ucap Bagas sambil mengelus kedua pipi
Maye dengan lembut tapi Maye berontak dari tangan Bagas dan Maye yang kesal
meludah ke wajah Bagas “Aku tidak butuh! Cowok yang Phycho seperti kau!” ucap
Maye yang langsung membuat Bagas tersenyum dan mengikat mulut Maye kembali. “Aduh!
Aku selalu kalah ya? Kalau debat denganmu sayang! Tapi tadi sangat keterlaluan
kau membuatku sedikit tersinggung dan aku akan memberimu satu permainan ya? Agar
kau tidak selingkuh!”ucap Bagas dengan senyum mengerikannya.
Dia
mengambil botol yang berada di dekatnya lalu membuka tutup botolnya “Kulit mu
yang cantik itu hanya milik ku dan jika aku tidak bisa memilikinya maka orang
lain juga tidak bisa” sahut Bagas dan langsung menuangkannya pada tangan dan
kaki Maye, yang seketika itu juga meleleh seperti api yang membakar lilin
bahkan cairan yang mengenai lantai langsung mengeluarkan asap dan menyebabkan
lantai berlubang seketika itu.
Maye meronta-ronta tapi tidak
berhasil, rasa sakit yang ia rasakan membuatnya pingsan “Sayang, Kok kamu tidur
sih? Permainannya masih banyak tau. Bangun ya? Bangun dong!” ucap Bagas sambil
menepuk-nepuk pipi Maye. Bagas membangunkan Maye dengan menyiramnya dengan air
es dan hal itu membuat Maye sadar “Bagaimana sayang? Permainan tadi seru ‘kan? Tapi
aku masih punya banyak permainan loh!” sahut Bagas sambil tersenyum riang,
seakan yang ia perbuat adalah sebuah permainan yang mengasikkan sedangkan Maye
hanya dapat mengeluarkan air mata saja.
Bagas mengambil pisau kecilnya dan
memainkan pisau itu dengan lihainya seperti seorang pembunuh professional “Sayang!
Kita main satu kalimat trus potong, ya? Kau pasti suka ‘kan?” tawar Bagas
dengan riang lalu mengarahkan pisaunya ke kulit Maye yang telah meleleh “Sayang!”
ucap Bagas lalu memotong sedikit kulit Maye “Kau tau tidak?” satu potongan lagi
“Aku sangat tidak suka” satu potongan “kau jalan dengan laki-laki lain!”satu
potongan “Itu membuatku sakit hati” satu potongan lagi terus-menerus hingga Bagas
selesai mengeluarkan semua sakit hatinya dan kulit milik Maye telah habis di
potong oleh Bagas.
Entah sudah beberapa kali Maye
pingsan akibat menahan sakit atas penyiksaan yang dilakukan oleh Bagas tapi
lagi-lagi Maye dibangunkan dengan di siram dengan es dan bangun “Sayang! Kamu tidak
pernah turutin kata ku ya? Aku akan member kamu hukuman ya?” ucap Bagas dengan
senyuman yang manis tapi menakutkan bagi Maye. Bagas keluar sebentar dan
kembali masuk dengan membawa plastik yang entah berisi apa Maye terlalu lemah
untuk mencari tau.
“Sayang,
kau penasaran apa ini? Duh.., lagi-lagi aku lupa mulutmu kan kututup ya?” sahut
Bagas lalu membuka penutup mulut Maye “Cape ya? Sabar ya sebentar lagi aku selesai
kok!” sahut Bagas dengan senyum “Kau tau ini! Buat menyembuhkan luka bentar
ya?!” ucap Bagas lalu mengeluarkan isi plastik itu dan ternyata itu adalah
garam lalu dengan pelan Bagas mengolesi luka milik Maye menggunakannya dan
membuat Maye menjerit-jerit kesakitan
AAAAAKKKKKKRRRRRRGGGGGGGG!!!!!!!!!!!
PPEERRIIIHHH! !!!!
MMMAAAMMMAAA SSSAAAKKIIIITTT
SSSSEEEEKKKKAAAALLLIIIII!!!!!
SSSSEEEETTTTAAAANNNN KKKKAAAUUUU
BBBBBAAAGGAAASS!!!!!
TTTTTTTTOOOOLLLLLOOONNNNGGGG
AAAAKKKKUUU !!!!
SSSIIIIAAAPPPPPAAAA PPPPUUUNNNN
TTTTTOOOLLLOOONNNGGG AAAKKKKUUU!!!!
Seolah teriak dari Maye merupakan
penyemangat bagi Bagas, dia makin banyak menepelkan garam pada luka Maye dan
menikmati semua jeritan dari Maye. Detik demi detik terasa sangat lama ketika
bersama dengan Bagas menerima siksaan demi siksaan yang diberikan oleh Bagas
padanya. Maye sudah terlalu lemah untuk bahkan saat Bagas bertanya tentang
apapun Maye hanya menjawab dengan satu kalimat saja
Sebaiknya kau bunuh saja aku!
Aku tidak kuat lagi!
Tapi dengan lembut Bagas membalas “Sayang,
kau harus kuat ya! Ini belum seberapa masih banyak permainan lainnya!” sambil
mengelus pipi Maye yang telah memucat atau bisa di bilang sangat pucat. “Sayang,
kita menghias wajahmu ya? Dan aku akan menceritakan tentang siapa teman yang
ingin kubicarakan itu!” tawar Bagas entah untuk ke berapa kali nya. Dia mengajak
Maye untuk bermain permainan penyiksaannya.
Bagas mengambil pisau kecil yang sama
seperti sebelumnya kali ini dia mengarahkan pisau itu ke wajah Maye “Mari kita
hias wajahmu sayang!” sahut Bagas lalu memberikan satu sayatan pada pipi kiri
Maye “Kau tau Sayang? Teman mu yang namanya Fikri. Dia adalah korbanku” satu
sayatan di pipi kanan “Dia sebenarnya mau ku bunuh tapi dia kan cuma menolongmu
saja ‘kan?” satu sayatan “Tidak benar kalau dibunuh!” satu sayatan “Tapi dia
juga salah, menolong sahabatnya yang suka menyakiti hati orang lain” satu
sayatan “Kau suka tebar pesona pada orang yang kau incar ‘kan?” satu sayatan “Dan
setelah kau mendapatkannya tunggu bosan saja lalu kau membuangnya ‘kan?” satu
sayatan lagi. Tiba-tiba Maye teringat dengan kata-kata yang diucapkan oleh May tepat
sebelum dia bertemu dengan Bagas
Kau telah bersalah!
Kau menggunakan pesonamu untuk membuat
orang lain terluka
Dan sekarang kau akan terluka!
Seketika itu Maye dengan tenaga yang
tersisa yang ia miliki mencoba meronta dan itu membuat Bagas teralih dan Bagas
membuka penutup mulut Maye lalu bertanya pada Maye “Ada apa, Sayang? Ada yang
ingin kau bicarakan?” “Aku minta maaf karena sudah melukaimu karena aku tidak
memutuskan mu dengan benar, tidak langsung padamu, aku bersalah tolong maafkan
aku!” ucap Maye sambil menangis tapi bukannya mendapat maaf dari Bagas tapi Maye
malah mendapat senyum mengerikan milik Bagas “Rupanya kau tau juga kesalahan
mu, Sayang. Tapi maaf aku tidak akan memaafkan mu jadi MATI SAJA KAU!!!” ucap
Bagas dengan dingin dan langsung menyiramkan air yang telah membuat kulit Maye
meleleh sebelumnya ke seluruh tubuh Maye.
Sebelum air itu mengenai Maye, Maye
sempat melihat sosok seorang gadis seusianya sedang memandang kearahnya dengan
pandangan dingin dan melemparkan kelopak mawar pada dirinya. Air itu mengalir
dari ujung kepala Maye hingga ujung kaki Maye dan Maye pun meninggal karena
penyiksaan paling berat itu.
Mayat Maye baru bisa di temukan setelah 1
bulan berita kehilangannya dan sudah dalam kondisi busuk penuh belatung. Orang tuanya
sangat histeris dengan mayat anaknya yang telah mati secara tragis sedangkan
Fikri yang merasa bersalah melakukan bunuh diri tapi sebelum itu dia menuliskan
surat wasiat yang berhasil membuat Bagas ditangkap.
THE END
“Berhati-hatilah dengan hati karena bermain dengan hati akan
membuat orang lain terluka bahkan bisa berakhir dengan diri sendiri yang
terluka”
Sudah
Ku bilang! Aku akan menceritakan kisah tentang hal itu
Tapi
kau tidak mau mendengarnya ‘kan?

NOTE : Bagi yang merasa kurang suka bisa komentar...
ini murni hanya cerita karangan saya saja! jadi bagi yang merasa dirugikan saya mohon maaf.
Tapi memang tema nya begitu Kak
BalasHapusTHRILLER..